Gus Baha Bahas Hukum Merokok: Wes Mbah, untuk Jenengan Halal!

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Kiyai Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha membahas soal hukum Islam dalam memandang rokok.Pembahasan soal hukum rokok ini disampaikan saat dirinya hadir dalam acara resepsi pernikahan sahabatnya, Habib Umar.

Jadi saat itu Habib Umar bercerita bahwa ia lebih memilih untuk berhenti membaca artikel bahaya rokok daripada berhenti merokok.

ADVERTISEMENTS

“Tak’ pikir setelah membaca bahaya merokok itu jadi berhenti merokok, ternyata tidak,” ucap Gus Baha sembari menirukan ucapan Habib Umar.

ADVERTISEMENTS

Selain itu Habib Umar juga sampai pernah mendapat teguran dari seorang dokter karena bertanya apakah merokok bisa bikin manusia meninggal dunia.

ADVERTISEMENTS

“Bib, apakah merokok bikin orang mati?” tanya sang dokter.

ADVERTISEMENTS

“Tenang saja dok, saya masih bawa korek,” jawab Habib Umar.

ADVERTISEMENTS

Para santri pun tertawa mendengar cerita Habib Umar tersebut.

ADVERTISEMENTS

Ada humor lainnya soal rokok, jadi suatu hari Gus Baha mendapat pertanyaan dari seorang sesepuh.

“Ha (manggil Gus Baha), rokok itu haram nggak sih?” tanya orang itu ke Gus Baha.

“Kalau pendapat saya mengatakan haram bagaimana Mbah?,” tanya balik Gus Baha.

“Lah iya kan, jika haram berarti saya benar. Makanya saya bakar, barang haram itu sebaiknya dibakar,” ujar Gus Baha menirukan sang sesepuh.

Dalam menghadapi isu hukum rokok atau merokok itu haram, Gus Baha memilih pendekatan yang bijaksana berdasarkan pengetahuan dan keahliannya.

Beliau tidak serta merta menyimpulkan bahwa merokok itu haram atau halal.

Karena Gus Baha lebih cenderung memberikan penjelasan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang ada berdasarkan konteks individu yang merokok.

Di beberapa kanal Youtube, Gus Baha pernah membahas permasalahan hukum merokok ini.

Contohnya, beliau menceritakan pengalaman saat diminta fatwa oleh seorang kyai kampung yang usianya lebih tua.

Kyai kampung tersebut menyatakan bahwa satu-satunya hiburan setelah salat Isya adalah berbincang dan merokok.

Hal ini dilakukan bersama teman-teman di pesantren dulu, dengan merokok di pojok musala atau surau.

“Satu-satunya hiburan bagi saya adalah merokok di pojok musala. Karena di pagi hari saya takut akan istri, dan pekerjaan saya hanya bisa dilakukan di siang hari. Merokok adalah satu-satunya hiburan bagi saya,” ujar kyai kampung tersebut.

Gus Baha menirukan ucapan kyai kampung tersebut sambil berkata, “Jika merokok diharamkan, maka saya tidak akan memiliki hiburan. Sebagai seorang kyai kampung, menonton dangdut bukanlah sesuatu yang pantas bagi saya.”

Menjawab permintaan kyai kampung tersebut, Gus Baha dengan tegas mengatakan, “Wes mbah, untuk jenengan halal.”

Exit mobile version