BANDA ACEH – Juru bicara Komisi Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Ebrahim Rezaei mengatakan Israel terlalu lemah untuk secara serius membahayakan keamanan wilayah Iran dan teritorial sekitarnya.
Pernyataan itu menanggapi serangan balasan Israel ke negara tersebut pada Sabtu (26/10/2024).
Secara terbuka, pernyataan itu menyebut serangan Israel tersebut digambarkan hanya menimbulkan kegaduhan tanpa efek bagi Iran.
“Musuh Zionis seperti uang kecil (berkoin-koin), itu hanya membuat kebisingan tetapi tidak memiliki nilai dan efek,” juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran menulis di akun X-nya, Sabtu dilansir MNA.
“Zionis terlalu lemah untuk secara serius membahayakan Iran yang lebih besar,” tulis Ebrahim Rezaei.
Kantor hubungan masyarakat komando pertahanan udara Iran mengeluarkan pernyataan pada Sabtu yang mengumumkan kalau serangan udara Israel terhadap pusat-pusat militer di Teheran, provinsi barat Ilam, dan provinsi barat daya Khuzestan telah dicegat dan berhasil dibalas.
“Otoritas Republik Iran mempermalukan musuh-musuh bangsa Iran,” tulisnya dalam sebuah posting yang dihiasi dengan foto bendera Iran.
Pada pukul 02:15 waktu setempat (10:45 GMT Jumat malam), terdengar menyerupai ledakan terdengar di beberapa bagian Iran, terutama di sebelah barat ibukota Iran, Teheran.
Selain itu, sistem anti-rudal Iran sekali lagi diaktifkan di beberapa daerah timur dan tengah sekitar dua setengah jam kemudian sebagai tanggapan atas serangan baru.
Adapun Angkatan Udara Iran mengeluarkan pernyataan menyusul agresi rezim Israel di tanah Iran pada Sabtu.
“Terlepas dari peringatan sebelumnya dari para pejabat Republik Islam kepada rezim Zionis ilegal untuk menghindari tindakan petualang, rezim Tel Aviv menyerang beberapa situs militer di provinsi Teheran, Khuzestan, dan Ilam pada Sabtu pagi dalam tindakan penyebab ketegangan,” katanya.
Pernyataan itu juga mengatakan kalau serangan rezim Israel berhasil dilawan oleh sistem pertahanan udara terintegrasi negara itu, ia menambahkan bahwa tindakan agresif Zionis menyebabkan kerusakan terbatas pada beberapa situs.
IDF Klaim Serangan Sukses
Di kubu lawan, pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengeluarkan pernyataan menyusul serangan semalam terhadap Iran pada Sabtu (26/10/2024) pagi, merinci sifat target Iran yang diserang oleh jet-jet tempurnya.
Pernyataan itu mengatakan bahwa pesawat-pesawat IDF kembali dengan selamat setelah “menyerang target-target militer di Iran” yang merupakan “respons terhadap serangan Iran terhadap Negara Israel dalam beberapa bulan terakhir”.
IDF menyatakan bahwa serangan balasan terhadap Iran telah selesai, dan mengklaim bahwa semua tujuannya telah tercapai.
Menurut pernyataan tersebut, serangan tersebut ditujukan pada fasilitas produksi rudal yang digunakan Iran dalam serangannya terhadap “Israel”.
Ditambahkannya, jet tempur Israel juga menargetkan jajaran rudal permukaan-ke-udara dan kemampuan udara Iran yang untuk membatasi kebebasan operasi udara Israel di Iran.
Setelah fasilitas-fasilitas ini terkena serangan, kata IDF, Israel kini punya keleluasaan besar untuk beroperasi di langit Iran.
“Israel sekarang memiliki kebebasan operasi udara yang lebih luas di Iran.”
“Target yang diserang dipilih dari kumpulan target yang luas – target dari berbagai jenis, dan kami akan dapat memilih target tambahan dari kumpulan target tersebut dan menyerangnya jika diperlukan,” kata pernyataan itu.
“Ini adalah pesan yang jelas – mereka yang mengancam Negara Israel akan membayar harga yang mahal,” ungkapnya.
Iran siap membalas ” agresi ” Israel, kata kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim pada Sabtu (26/10/2024), mengutip sumber.
“Tidak diragukan lagi bahwa Israel akan menerima respons yang tepat terhadap tindakan apa pun yang diambilnya,” sumber tersebut dikutip.
Hal ini terjadi setelah Israel mengumumkan pada Sabtu pagi kalau militernya melakukan “serangan tepat” terhadap “target militer” di Iran, sementara ledakan terdengar di ibu kota Iran, Teheran.
Media Iran melaporkan suara lima ledakan baru di Teheran, saat Israel memulai gelombang serangan kedua terhadap negara itu.