BANDA ACEH – Bungkus Indomie telah ditemukan di tengah konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Viral di media sosial, penemuan bungkus mie dari Indofood itu ikut dilaporkan oleh @Jatosint, akun open source intelijen (OSINT) yang terkait keamanan dan pertahanan nasional.
Menulis di Twitter, @Jatosint mengungkap bahwa desa Troitskoye, telah direbut oleh pasukan saparatis Rusia, Republik Rakyat Luhansk (LPR). Saat itulah, para kombatan LPR menjangkau bekas markas pasukan Ukraina, dan menemukan beberapa bungkus Indomie.
Oleh media Rusia, RIA Novosti, Indomie itu adalah bagian dari ‘perbekalan asing’.
“Indomie terlihat di zona perang Ukraina!”
“Menurut RIA Novosti (27/5), Indomie merupakan bagian dari ‘persediaan asing’ yang ditemukan di bekas markas pasukan Ukraina di desa Troitskoye yang baru saja direbut pasukan LPR,” cuit @Jatosint sembari menyertakan foto hingga rekaman yang menunjukkan penampakan bungkus Indomie di atas tanah.
BREAKING
Indomie spotted in Ukraine warzone!
According to RIA Novosti (27/5), the Indomie were part of ‘foreign provisions’ found at the former headquarters of the Ukrainian forces in the village of Troitskoye which was recently taken by LPR force pic.twitter.com/79CHW7mlGe
— JATOSINT (@Jatosint) May 28, 2022 Dilansir dari situsnya, RIA Novosti pada Jumat (27/5) memberitakan soal sisa-sisa ‘perbekalan asing’ yang katanya ditemukan di bekas markas besar pasukan Ukraina di desa Troitskoye. Desa ini sendiri berada di dekat dekat kota bernama Popasnaya.
Troitskoe juga berada dekat perbatasan administratif antara LPR dan Republik Rakyat Donetsk yang pro-Rusia (DPR). Wilayah itu telah berada di bawah kendali pasukan keamanan Ukraina selama delapan tahun.
Dalam perjalanan menuju desa itu, terdapat garis demarkasi. Lalu, di sebuah gedung yang berfungsi sebagai markas pasukan keamanan Ukraina, hanya kucing yang tersisa setelah pertempuran.
Banyak juga paket makanan kosong dan kotak yang tidak tersentuh berserakan di markas tersebut. Koresponden RIA Novosti pun menyebut semua paket itu adalah produksi luar negeri.
“Semua ini buatan luar negeri, Anda tidak dapat membeli barang-barang seperti itu di Ukraina: bahan makanan kering dan keripik kering Amerika, muesli Inggris, sereal dan teh, wafel, mi instan, dan gula dari negara lain. Juga berserakan bungkus rokok dan tas Duty Free,” tulis RIA Novosti dalam situsnya.
Menurut para pejuang resimen Cossack senapan bermotor keenam yang dinamai Matvey Platov, sisa-sisa makanan itu mungkin menunjukkan keberadaan tentara bayaran asing di zona tersebut. Militer Luhansk juga percaya bahwa instruktur Barat dapat melatih militer Ukraina di sini, kata RIA Novosti.
Konflik di Ukraina terjadi usai Rusia meluncurkan apa yang disebutnya sebagai ‘operasi militer’ khusus pada 24 Februari. Dengan perang yang belum menunjukkan tanda mereda ini, angka warga sipil yang tewas terus merangkak. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) pada Senin (23/5) mencatat 8.462 warga sipil telah menjadi korban perang di Ukraina. Sebanyak 3.930 telah tewas dan 4.532 terluka.
Kendati begitu, angka di lapangan diperkirakan jauh lebih tinggi. Sementara itu, lebih dari 14 juta orang diperkirakan telah meninggalkan rumah sejak invasi Rusia dimulai. Lebih dari enam juta di antaranya pergi ke negara tetangga.