JAKARTA – Akhir-akhir ini dunia digemparkan oleh pemberitaan dari The New York Times soal Islam Hijau yang digagas oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A selaku Imam Besar Masjid Istiqlal.
Judul berita NYTimes yaitu “Apa yang Bisa Dicapai ‘Islam Hijau’ di Negara Muslim Terbesar di Dunia? (What Can ‘Green Islam’ Achieve in the World’s Largest Muslim Country?)”
Para ulama di Indonesia mengeluarkan fatwa, merenovasi masjid-masjid, dan mengimbau jamaah untuk membantu membalikkan keadaan melawan perubahan iklim, ungkap NYTimes.com 17 April 2024 waktu setempat.
“Kekurangan fatal kita sebagai manusia adalah kita memperlakukan bumi hanya sebagai sebuah benda,” kata Imam Besar Nasaruddin Umar.
“Semakin serakah kita terhadap alam, semakin cepat hari kiamat tiba,” ungkap Sang Imam ke NYTimes.
Lingkungan hidup adalah tema sentral dalam khotbah Bapak Nasaruddin, pimpinan Masjid Istiqlal yang berpengaruh di Jakarta, Indonesia, yang mencoba memimpin dengan memberi contoh.
Menurut NYTimes, Nasaruddin Umar kecewa dengan sampah yang mengotori sungai tempat masjid itu berada, ia memerintahkan pembersihan. Juga, terkejut dengan tagihan utilitas yang sangat besar, ia melengkapi masjid terbesar di Asia Tenggara dengan panel surya, keran aliran lambat, dan sistem daur ulang air perubahan yang menjadikannya tempat ibadah pertama yang memenangkan penghargaan bangunan ramah lingkungan dari Bank Dunia.
Imam Besar mengatakan dia hanya mengikuti instruksi Nabi Muhammad bahwa umat Islam harus peduli terhadap alam.
“Dia bukan satu-satunya di negara berpenduduk lebih dari 200 juta orang ini, yang sebagian besarnya adalah Muslim, dalam upaya mengobarkan kebangkitan lingkungan melalui Islam. Para ulama terkemuka telah mengeluarkan fatwa, atau dekrit, tentang cara mengendalikan perubahan iklim. Aktivis lingkungan memohon kepada teman, keluarga, dan tetangga agar paham lingkungan hidup tertanam dalam Al-Quran,” ungkap NYTimes dalam wawancara dengan Imam Besar Masjid Istiqlal.
“Pengakuan dunia terhadap gagasan Islam Hijau Imam Besar Masjid Istiqlal adalah prestasi yang patut diberi ganjaran. Pasalnya Masjid Istiqlal menjadi contoh untuk dunia dalam tatakelola Masjid Hijau,” ungkap Muhammad Aras Prabowo Direktur Lembaga Profesi Ekonomi dan Keuangan PB PMII.
Prestasi Masjid Istiqlal dalam mendorong Islam Hijau juga menjadi contoh bagi seluruh tempat ibadah agama-agama di dunia seperti yang disampaikan oleh NYTimes.
“Dibawah kepemimpinan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A, Masjid Istiqlal tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk melakukan peribadatan saja, tapi melampaui fungsi Masjid yang dipahami sebagian besar masyarakat dunia. Yaitu masjid sebagai penjaga lingkungan, pemberdayaan ekonomi, tempat mengkaji ilmu-ilmu selain ke-agama-an, tempat pertemuan Tokoh Lintas Agama, pusat perdamaian dan pusat diplomasi antar negara,” terang Aras yang juga Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA).
Selain itu, Imam Besar Masjid Istiqlal juga menggagas Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) yang bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, KemenPPA RI, Kementerian Keuangan RI, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Universitas PTIQ. Program terdiri PKU Laki-laki dan PKU Perempuan. PKU Perempuan (PKUP) adalah satu-satunya dan yang pertama di Dunia sebagai program kaderisasi ulama perempuan.
Setiap mahasiswa PKUMI-LPDP akan dikirim ke luar negeri selama 3 bulan untuk Strata 2 dan 6 untuk Strata 3. Selama ini, mahasiswa sudah dikirim ke Mesir Universitas Al Azhar, Amerika Serikat Hartford University dan University of California Riverside dan Universitas Al Qarowiyyin Maroko.
“Sosok Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A adalah sosok Guru Bangsa Indonesia yang selalu bisa mengharumkan dan mengangkat derajat Negara Indonesia di mata dunia. Prestasi ini bukan kali pertama yang beliau torehkan untuk Indonesia. Beliau adalah sosok yang punya komitmen untuk berkontribusi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia dimanapun ia ditempatkan,” tutup Muhammad Aras Prabowo.