BANDA ACEH -Seorang komandan senior kelompok Jihad Islam Palestina kembali tewas dalam serangan udara yang dilakukan pasukan Israel ke Jalur Gaza.
Kematian Khaled Mansour pada Sabtu malam, yang memimpin operasi Jihad Islam yang didukung Iran di Jalur Gaza selatan, terjadi sehari setelah serangan Israel lainnya yang menewaskan komandan militan di utara.
Hingga Minggu (7/8) tercatat sudah ada 31 korban tewas di Gaza, termasuk enam anak-anak. Pejabat kesehatan Palestina juga mengatakan lebih dari 250 lainnya terluka dalam serangan itu.
Sebuah sumber dari Jihad Islam mengatakan bahwa saat ini sedang ada diskusi yang berlangsung di tingkat tertinggi menuju gencatan, tetapi memperingatkan bahwa perlawanan tidak akan berhenti jika agresi dan kejahatan pendudukan Israel terus berlanjut.
Sementara itu di Tepi Barat, Israel melanjutkan operasinya melawan kelompok Jihad Islam, menangkap 20 tersangka dalam serangan semalam, militer mengumumkan pada hari Minggu.
“Militan Palestina membalas dengan roket yang ditembakkan ke Israel, memicu sirene serangan udara di Yerusalem,” kata tentara Israel, Minggu, seperti dikutip dari AFP.
Jihad Islam kemudian mengkonfirmasi bahwa kelompok itu telah menembakkan roket ke Yerusalem.
“Ratusan roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam sebagai tanggapan mengapa operasi berlanjut,” kata Menteri Kehakiman Israel Gideon Saar.
Pertempuran terbaru dimulai dengan pembunuhan Israel terhadap seorang komandan senior Jihad Islam dalam gelombang serangan hari Jumat yang menurut Israel dimaksudkan untuk mencegah serangan yang akan segera terjadi.
Hamas, kelompok militan yang lebih besar yang menguasai Gaza, tampaknya tetap berada di sela-sela konflik untuk saat ini, menjaga tanggapannya tetap terbatas.
Perang Israel dan Hamas terus berkobar sejak hampir setahun lalu, menjadi salah satu dari empat konflik besar dan beberapa pertempuran kecil selama 15 tahun terakhir. Tidak terhitung lagi jumlah korban yang jatuh dari pertempuran ini di wilayah miskin yang berpenduduk dua juta warga Palestina itu.
Kehidupan sehari-hari di jalur itu terhenti, sementara distributor listrik mengatakan satu-satunya pembangkit listrik mati karena kekurangan bahan bakar setelah Israel menutup penyeberangan perbatasannya.