BANDA ACEH – Habib Bahar bin Smith tanggapi pendapat KH Imaduddin Utsman soal nasab Ba’alawi yang kontroversial.
Nama KH Imaduddin Utsman menjadi sosok yang kontroversial di masyarakat karena menyebut nasab Ba’alawi tidak tersambung kepada Rasulullah SAW.
Ba’alawi atau Bani Alawi (keturunan Alawi) adalah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada Alawi bin Ubaidillah. KH Imaduddin menuliskan hal tersebut dalam tesis ilmiahnya dan mendapat reaksi keras dari para pecinta habaib (muhibbin) di Indonesia.
Bahkan, beberapa kali ia didatangi oleh para muhibbin saat mengisi acara ceramah.
Meski mendapat banyak kecaman, KH Imaduddin menyatakan akan terus berceramah dengan membahas nasab dengan kesabaran. Habib Bahar bin Smith (HBS), salah satu pendakwah yang juga merupakan seorang habaib menanggapi pendapat dari KH Imaduddin.
Komentar Habib Bahar bin Smith mengenai KH Imaduddin dilontarkannya ketika menjawab pertanyaan netizen pada sesi live di media sosialnya.
Bermula dari seorang netizen yang bertanya kapan Habib Bahar akan Debat dengan KH Imaduddin. “Kapan mau debat sama Mang Imad, Habib?” kata Habib Bahar bin Smith ketika membacakan salah satu komentar netizen.
Menanggapi pertanyaan tersebut, awalnya HBS mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah pernah menjawab pertanyaan-pertanyaan kontroversi dari KH Imaduddin.
Namun, belum ada jawaban dari pihak KH Imaduddin. “Imad aja nggak berani jawab pertanyaan Ana itu. Dah empat jawaban Ana itu, Imad nggak jawab sampai sekarang kok, mau debat bagaimana,” kata Habib Bahar bin Smith.
Pendiri LSM Majelis Pembela Rasulullah itu juga mengaku sudah menjawab KH Imaduddin yang mempertanyaan ‘apakah ada habib dalam Islam’ dan ‘bagaimana hukum memakai gelar habib’. “Itu jawaban Ana yang empat itu.
Satu, yang masalah ‘Apakah ada habib dalam Islam’ udah Ana jawab, dia nggak jawab balik,” ujarnya. “Kedua, ‘Bagaimana hukum orang memakai gelar Habib’ Ana jawab, nggak ada dia jawab.
Suruh dia jawab empat dulu itu,” lanjutnya. Habib Bahar bin Smith juga menantang KH Imaduddin untuk menunjukkan kitab yang menjelaskan tentang batalnya nasab ba’alwi.
“Mana kitab sezaman woi, woi mana kitab sezaman yang menafikan? Kalau itu orang mengatakan nasab ba’alwi itu batal, mana ada kitab yang membatalkan? ada nggak?” ujar HBS.
“Kalau tidak ada kitab yang mensahihkan, ada nggak kitab yang membatalkan? Mana sini kitab yang membatalkan? begitu aja,” lanjutnya. HBS menegaskan, kitab sezaman tidak menjadi syarat dalam ilmu nasab. “Kitab sezaman itu tidak menjadi syarat dalam ilmu nasab.
Nggak ada,” kata Habib Bahar bin Smith. “Kitab sezaman menjadi syarat untuk membatalkan nasab itu nggak ada, tes DNA, nggak ada. Yang menjadi syarat untuk membatalkan nasab itu nggak ada,” lanjutnya.
Bahkan, Habib Bahar bin Smith juga mengatakan KH Imaduddin cs perlu untuk belajar lagi. “Makanya belajar lagi, bilangin ke Imad cs itu belajar lagi,” ujarnya. Lebih lanjut, Habib Bahar bin Smith mengatakan bahwa orang-orang seperti KH Imaduddin sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.
Di Indonesia sendiri juga sudah ada sejak dulu, bahkan Gus Dur sempat mengeluarkan fatwa tentang habaib. “Kaum-kaum seperti mereka itu sudah ada di zaman Rasul, bukan dari sekarang aja.
Di zaman Rasulullah dulu ada itu orang-orang seperti itu, yang mengatakan Rasulullah abtar, Rasulullah terputus makanya itu Asbabun Nuzul turunlah surah Al-Kautsar,” ujar Habib Bahar bin Smith.
“Terus ada lagi di zaman Al Imam Ali Bin Abu Bakar. Terus di Indonesia di zaman Gus Dur waktu itu, di zamannya Gus Dur, akhirnya Gus Dur yang mengeluarkan pendapat, mengeluarkan fatwa tentang habaib,” tutupnya