JAKARTA – Salah seorang Alumni Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias, J. Kamal Farza mengusulkan kepada Pemerintah Aceh untuk mengabadikan nama Mantan Kepala BRR Aceh Nias Kuntoro Mangkusubroto sebagai salah satu nama jalan protokol di Banda Aceh, mengingat jasa yang luar biasa dari Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Eng, dalam menyelesaikan Rehab Rekons Aceh paska bencana gempa dan tsunami Aceh 2004 lalu.
“Beliau kemarin wafat, dan telah pula dimakamkan secara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Bagi kita orang Aceh, beliau adalah Pahlawan Tsunami,” ujar J Kamal Farza, Mantan Direktur Perumahan BRR Aceh Nias kepada HARIANACEH.co.id Senin (18/12) dalam keterangan tertulisnya.
Aceh, menurut Kamal Farza, pernah mengalami masa paling pahit dan kelam dalam sejarah. Setelah berkonflik selama hampir tiga dasawarsa (1976-2004), pada 26 Desember 2004, Aceh mendapat musibah maha dahsyat gempa dan tsunami, yang mengakibatkan hancurnya sebagian besar wilayah di Aceh, dan lumpuhnya pelayanan publik dan kemanusiaan di Aceh.
“Jika kita lihat kondisinya waktu itu, rasanya gak mungkin Aceh bisa pulih. Tetapi atas kepemimpinan dan keteladanan seorang Kuntoro, alhamdulillah, kita bisa rasakan hasil yang baik dari pemulihan itu, bahkan lebih baik dari sebelum terjadinya bencana,” ujar Pengacara IMF ini.
Akibat tsunami 2004, cerita Kamal, Indonesia menjadi negara dengan jumlah korban terbesar yaitu sebanyak 173.741 jiwa meninggal dan 394.539 mengungsi. “BRR kemudian membangun dan merehab lebih 220 ribu rumah di Aceh dan Nias,” kenangnya.
Selain korban jiwa, imbuh Kamal, tsunami Aceh juga memberikan kerugian di beberapa sektor, antara lain terdapat 1.488 sekolah rusak sehingga menyebabkan sekitar 150.000 siswa terganggu proses pendidikannya saat itu. Selain itu bencana alam Tsunami Aceh ini juga menyebabkan 26 puskesmas, 9 pelabuhan, dan 230 kilometer jalan rusak berat.
Pada sektor perkebunan, 11 ribu hektar tanah rusak dan 2.9 ribu di antaranya rusak permanen. Kerusakan terumbu karang mencapai 90 persen. Sektor perikanan juga terimbas karena rusaknya ekosistem bakau. Akibat bencana ini, perekonomian Aceh melemah hingga 15 persen pada 2005.
Pak Kun adalah Kepala Badan Pelaksana BRR Aceh-Nias yang bertugas melakukan pemulihan kawasan Aceh dan Nias pasca tsunami dahsyat 26 Desember 2004.
“Almarhum sudah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, sehabis dzuhur kemarin, 17 Desember 2023. Jasanya akan dikenang selamanya oleh para korban gempa dan tsunami. Baik di Aceh maupun di Nias Sumatera Utara. Sangat wajar, jika Pemerintah Aceh menetapkan salah satu jalan protokol di Banda Aceh dengan nama Jalan Kuntoro Mangkusubroto,” harap Kamal.
Menurut Kamal, jalan protokol dari Blangpadang sampai Uleelheu, misalnya, cocok dinamakan Jalan Kuntoro Mangkusubroto, mengingat kawasan itu adalah tempat pertama sekali Badan Rehab Rekon Aceh memulai untuk melakukan pemulihan Aceh paska bencana.
“Kami akan kirim surat ke Gubernur Aceh dan tembusannya ke DPRA, untuk usulan ini, Besar harapan kami pemerintah akan menyetujuinya,” imbuh Kamal Farza