Senin, 18/11/2024 - 11:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kritik Menag Yaqut, PWNU Jakarta Tidak Setuju FPI Disamakan dengan HTI

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta merespons pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas yang menuding bahwa aktivis mantan HTI dan FPI masih berkeliaran.

Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Taufik Damas mengatakan, organisasi Front Pembela Islam atau FPI bukanlah kelompok yang perlu diwaspadai karena mereka masih menyatakan setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Yang seharusnya diwaspadai, kata Taufik, adalah kelompok Hizbut Tahir Indonesia atau HTI. Alasannya jelas, karena ideologi mereka benar-benar bertentangan dengan Pancasila.

“Yang diwaspadai dan bertentangan ideologinya dengan Pancasila dan NKRI jelas HTI, bukan FPI. Kalau FPI itu tidak berbahaya, karena yang kita dengar FPI itu setia pada NKRI,” katanya dalam diskusi bertajuk `Benarkah FPI dan HTI Masih Bergerak di bawah Tanah?` di Perpustakaan Freedom Institute, Jakarta Selatan dikutip pada Kamis, 7 April 2022.

Pernyataan Gus Yaqut yang demikian lalu di manipulasi oleh beberapa media dan oknum sehingga seolah-olah Menag RI membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing. (IST)

Respons Taufik ini juga sekaligus menanggapi anggapan Yaqut yang menilai bahwa mereka memiliki tujuan mengacaukan kebhinekaan.

Menurut Taufik, FPI justru punya kemiripan dengan NU. Meski diakui bahwa terkadang dakwah yang dilakukan kelompok tersebut kurang seperti yang diinginkan NU, yakni dengan cara lebih lembut.

“Dalam level dakwahnya ini kadang-kadang (FPI) kurang sama dengan yang diinginkan oleh orang NU yang lebih soft. Bagaimanapun, amar ma`ruf nahi munkar tidak dilakukan dengan cara yang melahirkan kegaduhan,” jelasnya.

Taufik juga memahami apa yang dikhawatirkan dari pernyataan Yaqut terkait ideologi HTI, yakni khilafah. Pasalnya paham khilafah itu dapat merusak ajaran Islam.

“Dikhawatirkan itu memang HTI, ideologinya itu khilafah itu. Bahkan saya lebih tegas ini merusak ajaran Islam, khilafahisme. Karena khilafahisme tidak ada dalilnya dalam Islam, tidak ada kewajiban,” ucapnya.

Sebelumnya, Yaqut Cholil Qoumas sempat meminta GP Ansor dan Banser untuk mewaspadai adanya potensi yang bisa merusak pluralisme di Tanah Air.

Menteri Agama sekaligus Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor itu meyakini kalau jejak-jejak aktivis mantan HTI dan eks FPI masih berkeliaran dan bertujuan mengacaukan kebhinekaan.

“Jadi, konsep kongres ke depan itu benar-benar mengantisipasi situasi kebangsaan yang semakin menurut saya tidak mudah. Tantangan kebinekaan masih saja muncul, tantangan itu masih saja muncul, kemudian kelompok-kelompok agama yang menggunakan sebagai tool atau alat untuk memperjuangkan kepentingannya juga masih masif gerakannya,” kata Yaqut saat Konferensi Besar (Konbes) XXV GP Ansor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang berlangsung pada 30 Maret-1 April 2022.

Menurutnya, meski HTI dan FPI telah dibubarkan pemerintah, tetap saja dua organisasi tersebut masih berkeliaran dan bergerak dengan cara mereka sehingga perlu diwaspadai.

“Meskipun kita mampu membubarkan HTI dan FPI bersama pemerintah, tetapi mereka masih berkeliaran di bawah tanah, masih bergerak dengan cara mereka, ini pekerjaan-pekerjaan semua nih, ini tolong dipikirkan,” tegas Yaqut.


Reaksi & Komentar

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ البقرة [89] Listen
And when there came to them a Book from Allah confirming that which was with them - although before they used to pray for victory against those who disbelieved - but [then] when there came to them that which they recognized, they disbelieved in it; so the curse of Allah will be upon the disbelievers. Al-Baqarah ( The Cow ) [89] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi