Minggu, 17/11/2024 - 02:27 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

OPINI
OPINI

Makan Bergizi Gratis, Growth Driver Ekonomi Kebangsaan?

APA yang belum terjadi tapi sudah dirubah? Ya, “program makan siang gratis” berubah menjadi “makan bergizi gratis”. Presiden terpilih periode 2024–2029 Prabowo Subianto Sang Penggagas program baru menyadari siswa sekolah SD yang merupakan target program masuk sekolah pagi dan pulang siang, sehingga menunggu makan siang itu terlalu lama , kata “ makan pagi” nya yang harus dirubah.

Pelaksanaan program yang akan berjalan tahun 2029 akan disesuaikan dengan tipologi daerah. Maksudnya Jenis makanan yang akan diberikan berbeda bagi anak yang tinggal di kawasan pesisir dengan pegunungan dan pulau. Misalnya Maluku Barat Daya, yakni Pulau Moa masyarakatnya banyak produksi susu kerbau, bisa diberi bahan pangan bergizi seperti ikan dan telur.

Program ini menurut bisa meningkatkan gizi anak Indonesia sekitar 25 persen dan sangat menentukan masa depan bangsa. Indonesia bisa menjadi negara ke-7 yang memberikan program makan bergizi dari 6 negara lain yang sudah mulai mempersiapkan program makan siang gratis. Total di dunia ada 76 negara yang sudah konsisten dengan program ini.

Program makan bergizi gratis juga akan memberikan manfaat kepada perekonomian daerah terutama petani dan peternak yang hasil produksinya dibeli untuk pelaksanaan program tersebut. Artinya, menurut Prabowo program ini akan menjadi growth driver atau pendorong pertumbuhan ekonomi kebangsaan.

Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Hashim Djojohadikusumo, menyebut program ini akan memakan dana Rp 450 triliun setiap tahun, namun ia sekaligus memastikan dana tidak akan diambil dari anggaran program bantuan sosial (bansos) melainkan anggaran baru.

Demikian juga Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Budiman Sudjatmiko akan ada penghematan anggaran hingga separuh, karena program ini ditekankan sesuai tipologi daerah yaitu ditekankan pada sumber pangan sesuai panen di tiap wilayah.

Sat Setnya Pemerintah Untuk Urusan Satu Ini

Kalau sekadar peralihan istilah atau biasa disebut eufimisme pemerintah kita sudah lihat, sebut saja program BPJS atau yang terbaru Tapera juga menggunakan istilah gotong royong untuk memotong gaji rakyatnya. Atau blendid fund untuk dana investasi proyek hasil pertemuan tingkat internasional WWF dan lainnya. Namun untuk studi banding tidak main-main, meski kesannya serius ini pun tak lebih dari proyek menghabiskan anggaran negara sebelum di susun anggaran APBN yang baru.

Pemerintah sebagaimana dijelaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan mempelajari program makan siang gratis dari Jepang. Airlangga mengatakan Jepang sudah berpengalaman menerapkan program tersebut sejak akhir Perang Dunia II, artinya sudah sekitar 70 tahun menerapkan program makan siang gratis. Pemerintah juga akan ke cina untuk tujuan yang sama.

Yang perlu kita perhatikan, menu makan siang gratis di Jepang dibuat dan diawasi secara ketat baik itu jenis makanan, kandungan gizi hingga kalori yang disesuaikan dengan kebutuhan anak sesuai usianya. Awalnya, program tersebut diperuntukkan bagi siswa-siswi yang kurang mampu namun pada akhirnya Pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang tahun 1954 yang mewajibkan siswa sekolah dasar dan menengah mendapatkan makan siang gratis di sekolah.

Jepang menggunakan politik tertutup pasca jatuhnya bom Nagasaki dan Hiroshima, kaisar memutuskan Jepang recovery mandiri tanpa melibatkan negara asing samasekali, memang berat, namun Jepang berhasil dan menjadi negara mandiri yang kuat perekonomiannya. Tentu Indonesia tidak bisa serta merta meniru begitu saja program makan siang ini dari Jepang.

Secara  banyaknya kekayaan alam, Indonesia jelas lebih unggul. Masalahnya Indonesia kedaulatannya sudah tergadai oleh negara kapitalis yang hari ini sekaligus menjadi pemimpin dunia. Amerika dan negara Eropa lainnya, bahkan Cina. Secara kasat mata mampu mempermainkan nasib satu bangsa dari mulai urusan pasar, ekonomi, pendidikan hingga hukum yang harusnya dilegalkan di negeri ini. Maka studi banding ini tak lebih dari sekadar pemborosan anggaran .

1 2

Reaksi & Komentar

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ البقرة [62] Listen
Indeed, those who believed and those who were Jews or Christians or Sabeans [before Prophet Muhammad] - those [among them] who believed in Allah and the Last Day and did righteousness - will have their reward with their Lord, and no fear will there be concerning them, nor will they grieve. Al-Baqarah ( The Cow ) [62] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi