Sabtu, 16/11/2024 - 15:33 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Mata Susi Kiri-kanan Diduga Didikte via Earphone

OLEH: DJONO W OESMAN

HAL baru, saksi sidang, diduga didikte lewat earphone. Itu terjadi di sidang perkara Sambo di PN Jakarta Selatan, Senin (31/10) dengan terdakwa Eliezer. Saksinya Susi, ART keluarga Sambo.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) sangat curiga terhadap Susi. Sebab, keterangan Susi dianggap tidak logis. Berbelit. Bahkan, mencabut kesaksian di Berita Acara Pemeriksaan (BAP), diganti dengan cerita beda.

JPU curiga, mata Susi plirak-plirik, kiri-kanan, saat bicara. Sehingga JPU menduga, ada yang mendikte Susi, remote jarak jauh via earphone. Apalagi, Susi berjilbab hitam. Jilbabnya diikat pula, dengan tali masker putih.

JPU: “Saudara jujur saja dalam memberikan keterangan. Apakah saudara saksi pakai earphone atau handsfree? Ada yang mengajari, mendikte saudara?”

Susi: “Tidak ada, Pak.”

“Dipastikan, itu apakah ada pakai earphone?”

“Tidak, Pak.”

“Benar tidak ada?”

“Benar, Pak.”

Belum pernah kejadian, saksi di pengadilan di-remote orang lain pakai earphone. Model begini, biasanya digunakan di kuping bodyguard tokoh penting, seperti kepala negara internasional.

Tapi, JPU tidak sampai memerintahkan Susi membuktikan, bahwa dia asli tidak pakai earphone. Mungkin JPU sudah percaya.

Mengapa JPU sungguh curiga? Memang, jawaban Susi rumit. Bukan cuma menjengkelkan JPU, melainkan juga majelis hakim pimpinan Wahyu Iman Santosa.

Susi jadi ART di keluarga Sambo sejak Juli 2020.

Hakim meminta Susi bersaksi tentang Putri Candrawathi jatuh di kamar mandi, di lantai dua rumah keluarga Sambo di Magelang, Jateng, Kamis, 7 Juli 2022 malam. Kronologi ini sudah ada di BAP.

Susi: “Saya nggak tahu kejadiannya. Saya disuruh Om Kuat (terdakwa Kuat Makruf) ngecek ibu (Putri Candrawathi) ke atas. Saya cek, ibu sudah tergeletak di kamar mandi.”

Hakim: “Dari mana Kuat tahu, bahwa ibu jatuh?”

Susi: “Saya tidak tahu, tapi saya disuruh om Kuat: Bi Susi… itu cek ibu ke atas. Lalu, saya buru-buru naik (ke lantai dua). Terus lihat ibu tergeletak di depan kamar mandi tidak berdaya. Kaki dingin, badan dingin.”

Hakim: “Iya. pertanyaan saya kan, saudara diperintah Kuat. Tahu dari mana Kuat? Apakah saudara Putri berteriak dulu? ‘Hei Kuat… tolong saya… ”

“Saya tidak tahu.”

“Lalu, apa yang saudara lakukan?”

“Saya teriak, minta tolong sama om-nya: Om… tolong om… Terus, ibu mulai refleks mendengar saya teriak-teriak. Ibu berkata: Jangan om Yosua… Yaudah, saya manggil Om Kuat. Barulah, Om Kuat naik ke atas.”

Hakim (heran): “Saya belum nanya Yosua, lho… Kok, saudara langsung sebut Yosua?”

Susi: “Kan, saya teriak. Om Kuat naik ke atas, nemui saya sama Ibu. Terus, Om Kuat nanya ke saya: Bi, kenapa Ibu? Saya nggak tahu om. Habis itu, Om Yosua mau naik ke lantai dua, tapi dihalau Om Kuat.”

Susi lagi: “Om Kuat trus tanya ke Om Yosua: Kamu apain ibu? Om Yosua jawab: Saya nggak ngapa-ngapain ibu. Trus, Om Kuat melarang Om Yosua naik. Habis itu saya bilang ke Om Kuat: Udah om… jangan ribut. Tolongin ibu dulu. Terus, saya sama-sama Om Kuat bantuin ibu memapah ke dalam kamar ibu.”

Hakim garuk-garuk jidat. Entah mikir, entah bingung. Tapi wajahnya burem.

Hakim: “Masuk akal nggak sih, cerita suadara ini? Saya tanya, siapa saja yang berada di lantai dua?”

Susi: “Saya dan Om Kuat.”

Hakim: “Kok, saudara bisa memastikan, bahwa Kuat menghalangi Yosua? Tahu dari mana?”

Susi: “Om Kuat naik ke lantai dua. Habis itu Om Kuat lihat, Om Yosua mungkin di bawah, mau naik ke atas.”

Hakim: “Loh… kok mungkin? Nanti dulu, belum sampai situ. Inilah kalau ceritanya settingan, ya… Saudara anggap, kami ini bodoh? Saudara menemukan Saudara Putri tergeletak, lalu saudara berteriak berharap siapa pun yang mendengar membantu. Tujuan membantu untuk apa? Untuk menaikkan ke kasur bukan? Tapi saudara malah bercerita saudara Kuat berantem dengan saudara Yosua. Kan, nggak masuk di akal?”

Mata Susi plirak-plirik, kiri-kanan. Tapi tidak bicara.

Ganti, pertanyaan JPU ke Susi. Fokus ke peristiwa di rumah Sambo di Magelang, Senin, 4 Juli 2022 sekitar pukul 22.00. Waktu itu, Putri Candrawathi rebahan di sofa ruang keluarga. Tidak tidur, cuma rebahan.

1 2

Reaksi & Komentar

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ البقرة [189] Listen
They ask you, [O Muhammad], about the new moons. Say, "They are measurements of time for the people and for Hajj." And it is not righteousness to enter houses from the back, but righteousness is [in] one who fears Allah. And enter houses from their doors. And fear Allah that you may succeed. Al-Baqarah ( The Cow ) [189] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi