Menghadapi Suami dengan Sindrom Miserable Husband, Belum Tentu Harus Cerai!

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Bagaimana pun, suami yang kini terjangkit sindrom miserable husband atau suami yang melulu merasa sengsara kehidupannya, adalah pria yang dulu dinikahi karena cinta. Maka hubungan suami-istri belum tentu harus berakhir. Ini adalah salah satu tantangan berumahtangga yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya lebih dulu.

Dilansir dari laman Marriage, ada beberapa cara yang bisa dilakukan istri yang suaminya kedapatan mengalami sindrom ini. Ketika suami pikirannya negatif terus, moody, susah diajak happy, dan bicaranya terdengar menyakitkan, istri dapat mempraktikkan cara-cara tersebut agar konflik rumah tangga tidak semakin rumit. Syukur-syukur suami bisa kembali lagi seperti saat dulu pertama kali jatuh cinta.

ADVERTISEMENTS

1. Beri ruang, tapi jangan terlalu banyak

ADVERTISEMENTS

Setiap kali suami dalam mood jeleknya, ambil jarak, biarkan dia sendiri. Jika Anda terus memaksa, menimpali emosinya, menyahut terus, ini hanya akan memperburuk situasi. Namun jangan terlalu lama membiarkannya sendiri. Secara berkala, cek kondisinya, tanyakan butuh apa atau ingin melakukan apa. Ringan-ringan saja yang penting suami tahu Anda masih ada di sisinya.

ADVERTISEMENTS

2. Jangan selalu bereaksi

ADVERTISEMENTS

Sesekali perlu menerapkan ilmu “masuk kuping kanan, keluar kuping kiri”. Terutama saat menghadapi mood jeleknya yang memang berulang namun masih bisa ditoleransi. Anggap kakek tua yang sedang meracau. Jangan semua dimasukkan ke hati. 

ADVERTISEMENTS

3. Jangan berasumsi, tanyakan jika benar-benar ingin tahu

ADVERTISEMENTS

Jika memang ada sikap atau perkataannya yang sulit dipahami dan Anda dalam kondisi benar-benar ingin tahu, maka tanyakan langsung.

4. Ingat, sikapnya bukan tentang Anda!

Intinya, mood jeleknya bukan karena kesalahan Anda dan bukan tentang Anda (walau mungkin rasanya seperti begitu). Itu murni permasalahan suami yang belum menemukan solusinya. Jadi tidak usah dibawa perasaan. 

5. Jangan anggap sepele perasaannya

Perlu diingat, masalah suami adalah masalah psikologis. Jika masih ada cinta tersisa untuknya, tidak ada salahnya Anda memperjuangkan kesembuhannya. Berempatilah. Kecewa boleh, namun tidak perlu membenci. Pahami dan berusahalah menerima pasangan apa adanya, kelebihan dan kekurangannya.

6. Komunikasikan dengan suami

Tidak 24 jam sehari mood suami jelek. Akan muncul momen yang tepat untuk Anda dan suami benar-benar berkomunikasi positif.

7. Kenali lebih jauh suami

Lambat laun tentu Anda akan hapal bagaimana suami bersikap saat mood-nya berada di titik terendah. Ini penting agar Anda tidak sembarang menyimpulkan atau berasumsi yang semakin memperkeruh suasana. 

8. Tetap posisikan diri di tengah-tengah 

Menjauh dari suami saat mood-nya jelek, bukan berarti sepenuhnya meninggalkan. Kalau Anda malah pergi dan tidak kembali, akan ada kemungkinan suami menganggap Anda sudah tidak peduli lagi. Tetaplah berada di rumah. Jalani rutinitas seperti biasa. Kerjakan hal-hal yang membuat Anda bahagia dan tetaplah waras. Mana tahu sedikit demi sedikit kebahagiaan Anda bisa menular kepada suami. 

9. Minta bantuan ahli

Sambil semua upaya dijalankan, tidak ada salahnya mulai berkonsultasi kepada ahlinya. Psikolog atau konselor bisa jadi pilihan tepat. Pihak luar yang memang ahlinya akan lebih jernih dan objektif melihat permasalahan yang ada. Dan mereka punya cara terbaik untuk mengurai penyebab dan menyelesaikannya.
 

Sumber: Tabloidbintang

Exit mobile version