Borrell juga mengatakan, Uni Eropa saat ini tidak mempunyai alasan untuk menetapkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai organisasi teroris. Hal ini juga menanggapi permintaan Israel untuk menjatuhkan sanksi atas apa yang sudah dilakukan Iran, sebab dianggap IRGC ini memiliki program rudal Iran dan fix sebagai organisasi teroris.
Menilik Pengaruh Indonesia Mewujudkan De-eskalasi Iran-Israel
Sepertinya hanya akan menjadi angin lalu apa yang digagas Indonesia, terutama niatannya menjadi negara yang membawa perdamaian, sebab yang dihadapi adalah sistem global dimana semua negara sudah terikat,tunduk patuh kepadanya, terutama AS, Perancis, Inggris yang memang melestarikan keberadaan Israel demi kepentingan politik mereka.
Mereka tahu, Palestina sesungguhnya tak bisa dianggap remeh, apalagi di dalamnya terdapat tiga agama samawi yang berpengaruh saat ini, Islam, Kristen dan Yahudi. Kekuatan perubahan bisa bertitik tolak dari sana terlebih jika kaum muslim mendapatkan kesadaran penuh akan pentingnya perubahan, terlebih banyak ayat Alqur’an dan hadis yang menjadi landasannya. Jelas yang paling panik adalah pengusung sekulerisme, maka perlu Israel di “tanam” di tanah Palestina, setidaknya mampu menunda kemenangan kaum muslim barang sesaat meski itu hampir mustahil.
Islam Mewujudkan Perisai Hakiki
Suasana seolah berbalik, Israel dengan liciknya lempar batu sembunyi tangan, bak seorang pencuri tapi berteriak pencuri agar massa menghancurkan pihak yang dicuri.
Kelicikan ini tampak jelas sebagaimana para pemimpin eropa dan uni eropa yang menolak menetapkan IRGC sebagai teroris sebagaimana permintaan Israel dan juga bukan karena mereka melihat kebenaran tentang siapa teroris sesungguhnya namun lebih kepada perlindungan kepentingan mereka. Tentu secara ekonomi dan politik, sebagaimana sikap mereka yang ambigu terhadap Israel meski mata mereka secara jelas melihat fakta, Israel melakukan genoside, pencurian mayat, kezaliman dan serentetan kriminal lainnya. Mengapa masih memunculkan pembelaan?
Bertambah parah dengan diamnya pemimpin muslim, de-eskalasi yang dimaksud juga bukan dengan tujuan menghabisi Israel, tapi lagi-lagi kepentingan ekonomi dan politik. Meski secara diplomatik Indonesia tidak berhubungan dengan Israel, namun juga tak menjadikan Israel sebagai musuh yang menjajah negeri muslim lainnya. Padahal jelas, seluruh negeri muslim, tak hanya Palestina saat ini membutuhkan perisai hakiki guna membebaskan mereka dari pengaruh dan penjajahan kafir barat.
Seandainya saja seluruh negeri muslim berikut pemimpinnya bersatu dalam satu barisan melawan penjajah, tentulah rengekan Israel tidak pernah ada sebab mereka telah dimusnahkan.
Persatuan itu butuh dimanifestasikan dalam bentuk institusi negara yang berdasar akidah, yaitu khilafah. Kepemimpinannya tunggal yaitu satu Khalifah saja, banyak hadis dan ayat Alqur’an yang menyebutkan kewajiban menegakkannya, khilafahlah satu-satunya orang yang boleh menyerukan jihad fi sabilillah guna menebas habis penjajahan.
Rasulullah saw. bersabda, “Pemimpin itu adalah perisai dalam memerangi musuh rakyatnya dan melindungi mereka. Jika pemimpin itu mengajak rakyatnya kepada ketakwaan kepada Allah dan bersikap adil, pemimpin itu bermanfaat bagi rakyat, tetapi jika dia memerintahkan selain itu, pemimpin tsb merupakan musibah bagi rakyatnya.”(HR. Muslim).
Maka, tak ada cara lain selain mencabut kepercayaan rakyat terhadap sistem kapitalisme sekuler ini dan menggantinya dengan syariat Islam. Wallahualam bissawab.