BANDA ACEH – Dua wasit FIFA asal Timur Tengah, Omar Al Ali dan Ahmed Al Kaf, mendadak jadi perbincangan panas di kalangan netizen Indonesia.Keduanya memimpin laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang melibatkan Timnas Indonesia, namun nasib mereka di mata suporter Garuda berbanding terbalik.
Omar Al Ali, yang memimpin laga Tiongkok vs Indonesia pada 15 Oktober 2024, dipuja setinggi langit oleh pendukung Indonesia.
Sementara itu, Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia pada 10 Oktober 2024, terus-menerus dihujat tanpa henti.
Meski hasil pertandingan keduanya sama-sama mengecewakan bagi Indonesia, respons netizen terhadap kinerja kedua wasit tersebut sangat berbeda.
Netizen menunjukkan bahwa keputusan wasit yang adil atau kontroversial bisa memengaruhi penerimaan kekalahan sebuah tim.
Omar Al Ali mendapat banyak pujian karena dinilai memimpin dengan netral, sementara Ahmed Al Kaf dikecam karena keputusannya yang dianggap merugikan Timnas Indonesia.
Omar Al Ali, wasit asal Uni Emirat Arab, mengundang banyak simpati dan apresiasi dari netizen Indonesia meskipun Timnas Indonesia kalah 1-2 dari Tiongkok.
Suporter Garuda merasa puas dengan kepemimpinannya yang dianggap adil dan tidak berpihak. Ribuan komentar positif membanjiri akun media sosial Omar Al Ali setelah pertandingan berakhir.
Di Instagram, bahkan unggahan lama wasit ini dibanjiri ucapan terima kasih dan pujian dari pendukung Timnas Indonesia.
“Terima kasih sudah memimpin pertandingan dengan baik dan adil,” tulis salah satu netizen di kolom komentar.
Banyak yang menilai bahwa kejujuran dalam memimpin pertandingan jauh lebih penting daripada sekadar hasil akhir.
Meskipun Timnas Indonesia harus menelan kekalahan, penggemar mengapresiasi wasit yang tidak menimbulkan kontroversi dan membiarkan pertandingan berjalan sportif.
Sebaliknya, Ahmed Al Kaf, wasit asal Oman, mengalami nasib tragis di mata netizen Indonesia.
Pertandingan antara Bahrain vs Indonesia yang berakhir dengan skor 2-2 pada 10 Oktober 2024 memicu gelombang kritik tajam dari pendukung Garuda.
Keputusan memperpanjang waktu tambahan hingga 9 menit menjadi sumber utama kemarahan.
Bahrain berhasil mencetak gol penyeimbang pada menit ke-90+9, jauh melebihi waktu tambahan yang seharusnya hanya 6 menit.
Netizen Indonesia merasa keputusan tersebut sangat merugikan Timnas Indonesia, yang sudah hampir meraih kemenangan.
Banyak yang menganggap bahwa Ahmed Al Kaf memihak tuan rumah Bahrain, dan kekecewaan itu tercermin dalam ribuan komentar pedas di media sosial.
Tagar seperti #afcmafia pun ramai digunakan sebagai bentuk protes netizen terhadap apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan.
“90+6=99? Ini benar-benar lelucon. Apa FIFA tidak akan bertindak?” tulis salah satu netizen dengan nada marah.
Di Instagram FIFA, banyak komentar yang meminta agar Ahmed Al Kaf diinvestigasi atas dugaan keputusan yang tidak adil.
Sebagian netizen bahkan menyerukan agar wasit tersebut dihukum atau dilarang memimpin pertandingan internasional lagi.
Ahmed Al Kaf sendiri memang bukan sosok asing bagi penggemar sepak bola Indonesia.
Wasit ini sebelumnya pernah memimpin laga-laga krusial yang melibatkan Timnas Indonesia, dan beberapa di antaranya juga memicu kontroversi.
Kali ini, keputusan memperpanjang waktu tambahan dianggap sebagai puncak dari kekecewaan suporter terhadap kepemimpinannya.
Netizen menganggap bahwa Ahmed Al Kaf tidak hanya membuat keputusan kontroversial, tetapi juga merusak kesempatan Indonesia untuk meraih poin penuh.
Perbedaan perlakuan netizen terhadap dua wasit asal Timur Tengah ini mencerminkan bagaimana pentingnya peran wasit yang adil dalam pertandingan.
Kekalahan bisa diterima oleh pendukung jika mereka merasa wasit memimpin dengan jujur dan tidak memihak.
Sebaliknya, keputusan yang dianggap merugikan akan memicu amarah dan kritik keras, seperti yang dialami oleh Ahmed Al Kaf.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bahwa dalam dunia sepak bola, keadilan adalah kunci utama yang diharapkan oleh semua pihak, baik pemain, pelatih, maupun suporter.
Ketika wasit dianggap adil, meskipun tim yang didukung kalah, rasa kecewa bisa lebih mudah diterima.
Namun, jika keputusan wasit dinilai berat sebelah, apalagi jika berdampak langsung pada hasil pertandingan, suporter tidak akan tinggal diam dan akan menyuarakan ketidakpuasan mereka.
Omar Al Ali, yang tampil tenang dan netral saat memimpin pertandingan melawan Tiongkok, dipandang sebagai contoh wasit yang profesional dan fair.
Suporter Indonesia mengapresiasi kepemimpinannya yang tanpa kontroversi, meskipun Timnas Indonesia gagal meraih kemenangan.
Puja-puji terhadap Omar menunjukkan bahwa bagi pendukung Garuda, kualitas kepemimpinan seorang wasit lebih penting daripada hasil akhir pertandingan itu sendiri.
Sementara itu, Ahmed Al Kaf yang menjadi sasaran kritik dan hujatan setelah pertandingan melawan Bahrain, menghadapi tekanan besar dari netizen Indonesia.
Banyak yang berharap agar FIFA atau AFC melakukan tindakan terhadapnya, meskipun hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa keputusan kontroversial tersebut akan ditindaklanjuti.
Kritik keras yang dialamatkan kepadanya menunjukkan betapa pentingnya integritas seorang wasit dalam menjaga kepercayaan suporter.
Kedua wasit ini mungkin memiliki pengalaman yang sama di level internasional, namun respons suporter terhadap mereka sangat kontras.
Omar Al Ali kini dipuja setinggi langit oleh netizen Indonesia sebagai wasit yang adil, sementara Ahmed Al Kaf harus menerima nasib tragis dihujat tanpa henti.
Ini menjadi pelajaran bahwa dalam sepak bola, keadilan dan transparansi dalam memimpin pertandingan akan selalu dihargai oleh para suporter, terlepas dari hasil akhirnya.
Dalam dunia sepak bola, peran wasit selalu berada di bawah sorotan. Setiap keputusan yang diambil di lapangan akan berdampak besar, terutama di mata suporter yang mendukung timnya dengan penuh emosi.
Ketika wasit seperti Omar Al Ali dipuji karena keadilannya, hal itu memberikan harapan bahwa pertandingan dapat berjalan dengan fair.
Sebaliknya, ketika wasit seperti Ahmed Al Kaf membuat keputusan kontroversial, bukan hanya hasil pertandingan yang dipertanyakan, tetapi juga integritas dari pertandingan itu sendiri.
Pada akhirnya, nasib kedua wasit ini mencerminkan betapa pentingnya keadilan dalam sepak bola.
Suporter Garuda, yang dikenal sangat vokal di media sosial, telah menunjukkan bahwa mereka bisa menerima kekalahan jika mereka merasa tim mereka diperlakukan dengan adil.
Namun, ketika keadilan itu dirasakan hilang, protes keras pun akan terus mengalir, seperti yang dialami oleh Ahmed Al Kaf.