Nepal Diterjang Banjir dan Longsor, 101 Tewas Termasuk Enam Pemain Bola

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Hujan lebat selama berhari-hari mengakibatkan Sungai Bagmati di Kathmandu, Nepal meluap hingga membanjiri pemukiman di sekitarnya dan memicu tanah longsor.Menurut otoritas setempat pada Minggu (29/9), bencana alam tersebut sebagian besar terjadi di bagian dataran rendah atau lembah Kathmandu dan diperkirakan telah menewaskan 101 orang.

“Jumlah korban tewas telah mencapai 101, dan 64 orang hilang,” kata juru bicara kepolisian Dan Bahadur Karki, seperti dimuat AFP.

ADVERTISEMENTS

Menurut Karki, jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah seiring berlanjutnya misi pencarian.

ADVERTISEMENTS

Dikatakan bahwa di antara korban tewas terdapat enam pemain dari akademi Asosiasi Sepak Bola Nepal (ANFA) di distrik Makwanpur yang meninggal setelah terjebak tanah longsor.

ADVERTISEMENTS

Upaya pencarian diluncurkan setelah keenam pemain tersebut hilang, sementara pemain lainnya dipindahkan ke area yang aman.

ADVERTISEMENTS

“Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata ANFA dalam sebuah pernyataan.

ADVERTISEMENTS

Di tempat lain, petugas penyelamat menggunakan helikopter dan perahu karet untuk membantu orang-orang yang terdampar di atap atau tanah yang ditinggikan karena beberapa bagian Kathmandu melaporkan hujan hingga 322,2 mm selama hari terakhir.

ADVERTISEMENTS

Hampir 3.300 orang diselamatkan oleh tim penyelamat hingga Minggu pagi (29/9).

Pada hari Sabtu (28/9), lembah Kathmandu mencatat curah hujan sebesar 240 mm dalam 24 jam.  Ini merupakan yang tertinggi di ibu kota tersebut sejak tahun 1970.

Sebagian besar sungai di negara Himalaya itu meluap, meluap melewati jalan dan jembatan.

Polisi sedang bekerja membersihkan puing-puing dan membuka kembali jalan setelah tanah longsor memblokir jalan raya di 28 tempat.

Hujan monsun dari bulan Juni hingga September membawa kematian dan kerusakan yang meluas setiap tahun di seluruh Asia Selatan, tetapi jumlah banjir dan tanah longsor yang fatal telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Para ahli mengatakan perubahan iklim telah memperburuk frekuensi dan intensitasnya.

Exit mobile version