BANDA ACEH – Perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada aplikasi data Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan perolehan suara PSI banyak menjadi sorotan publik.
Berdasarkan data KPU RI, pada Minggu (3/3), PSI memeroleh raihan 3,13 suara. Padahal, sejumlah hasil quick count sejumlah lembaga survei, PSI tak menembus angka sampai 3 persen.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, hampir tidak mungkin PSI mendapatkan angka 4 persen pada Pemilu 2024.
“Ya, sudah terjadi ‘ijma ulama’ quick count bahwa PSI tidak lolos PT (Presidential Threshold) 4 persen. Jika data semua lembaga penyelenggara quick count digabung, maka sampel jadi gede dan MoE jadi makin kecil. Tanpa digabung aja MoE kurang dari 1 persen, dan itupun PSI tidak sampai 4 persen,” kata Burhanuddin dalam akun media sosial X.
Burhanuddin menilai, kelolosan PSI ke parlemen bisa menimbulkan deligitimasi masyarakat terhadap pemilu
“Mending PSI menerima kenyataan dengan lapang dada. Ketimbang lolos PT tapi malah menimbulkan deligitimasi terhadap hasil Pemilu 2024,” cetus Burhanuddin.
Terpisah, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie mengingatkan semua pihak agar tidak menyampaikan pernyataan tendensius, menyikapi rekapitulasi suara KPU yang hingga kini masih berlangsung. Ia mengakui, suara PSI ada di angka 3,13 persen, dengan jumlah suara terhitung 65,73 persen.
“Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” ucap Grace.
“Apalagi hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat,” sambungnya.
Grace mengingatkan perbedaan antara hasil quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain. Ia pun mencontohkan, hitung cepat versi lembaga survei Indikator Indonesia atas PKB yang hasilnya 10,65 persen tetapi berdasarkan rekapitulasi KPU mencapai 11,56 persen atau ada penambahan 0,91 persen.
“Contoh lain adalah suara Partai Gelora yang berdasarkan quick count 0,88 persen, sementara rekapitulasi KPU 1,44 persen alias selisih 0,55 persen,” ujar Grace.
Sementara PSI, lanjut Grace, menurut hitung cepat Indikator, ada di angka 2,66 persen sementara rekapitulasi KPU ada di 3,13 persen atau selisih 0,47 persen. Ia berujar, selisih PSI lebih kecil dibanding kedua contoh sebelumnya.
“Kenapa yang disorot hanya PSI? Bukankan kenaikan dan juga penurunan terjadi di partai-partai lain? Dan itu wajar karena penghitungan suara masih berlangsung,” pungkas Grace.