Gaza-lewat-udara_20240229_090929.jpg” width=”640″/>BANDA ACEH – Setidaknya lima orang dilaporkan tewas dan 10 lainnya terluka saat paket bantuan yang dijatuhkan dari udara menimpa mereka di kamp Al Shati sebelah barat Kota Gaza, menurut seorang jurnalis di tempat kejadian, Jumat (8/3/2024).
Seorang saksi mata, Khader Al Zaanoun, dilansir CNN, mengatakan dia menyaksikan paket bantuan jatuh dari pesawat di atas kamp Al Shati pada Jumat tetapi tidak dapat memastikan negara mana yang berada di balik jatuhnya pesawat tersebut.
Belakangan diketahui, pemberian paket bantuan dari udara (airdrops) itu dilakukan oleh Amerika Serikat (AS)
Muhammad Al-Sheikh, Kepala Departemen Perawatan Darurat di Kompleks Medis Al Shifa di Kota Gaza mengonfirmasi lima orang tewas dalam insiden tersebut.
Beberapa dari mereka yang terluka dalam insiden tersebut dan dipindahkan ke Al Shifa berada dalam kondisi serius, menurut Al-Sheikh.
Dalam video yang diperoleh CNN pada Jumat, sebuah airdrop tidak berfungsi ketika parasut di palet tidak berfungsi. Palet dan isinya terlihat jatuh dengan kecepatan tinggi menuju bangunan perumahan dekat Menara Fairoz di Gaza barat.
Saat bantuan mengalir ke tanah, tas-tas yang jatuh bebas juga terlihat pecah di tengah puing-puing, dan kemudian terlihat dan terdengar hantaman ke tanah dengan suara gedebuk yang terdengar keras.
Meskipun sebagian besar parasut lainnya tampaknya telah dipasang secara benar, palet-palet tersebut masih jatuh dengan kecepatan yang berpotensi membahayakan, sehingga menyulitkan siapa pun untuk menghindar saat mendarat di tanah.
Dalam insiden terpisah pada Kamis, rekaman yang diperoleh CNN menunjukkan puluhan parasut yang membawa parsel turun dari pesawat yang melakukan penerjunan udara.
Video tersebut direkam di sebuah daerah bernama Al-Suddaniya, dekat kota utara Beit Lahia.
Orang-orang terdengar berteriak ketika parasut semakin dekat ke tanah.
Tidak Efektif
Amerika dan sejumlah negara lain telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza saat muncul peringatan dari PBB kalau ratusan ribu orang di wilayah kantong yang terkepung itu berada di ambang kelaparan.
Pengiriman pertama AS dilakukan pada Sabtu pekan lalu, mengirimkan 38.000 makanan di sepanjang garis pantai Gaza dalam operasi gabungan dengan Yordania.
Setelah rencana tersebut diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pada Jumat lalu, lembaga-lembaga bantuan mengkritik rencana tersebut karena tidak efektif mengingat besarnya kebutuhan di Gaza.
Richard Gowan, direktur International Crisis Group di PBB, mengatakan: “Pekerja kemanusiaan selalu mengeluh bahwa airdrop adalah kesempatan berfoto yang bagus tetapi cara yang buruk untuk memberikan bantuan.”
Seorang jurnalis yang berbasis di Gaza utara mengatakan kepada CNN bahwa warga Palestina di Gaza utara sedang berjuang untuk memanfaatkan bantuan yang baru-baru ini dijatuhkan oleh AS dan Yordania, karena bantuan tersebut tidak mencakup pasokan makanan penting.
Abdel Qader Al Sabbah mengatakan kepada CNN bahwa bantuan yang diberikan melalui udara “tidak ada gunanya” dan menyerukan barang-barang yang dapat disimpan dan digunakan selama beberapa hari daripada satu porsi untuk dimakan pada hari itu.
“Anda beruntung jika bisa mendapatkan makanan ini… Saya bahkan tidak repot-repot mencari paket bantuan ini karena orang-orang selalu berebut,” katanya