Peristiwa pemukulan aktivis sosial media Ade Armando merupakan rancangan oknum tertentu untuk mengalihkan agenda utama mahasiswa melakukan demonstrasi di depan gedung DPR RI, yakni menuntut parlemen tidak mengamandemen UUD 1945 untuk memperpanjang masa jabatan presiden.
Begitu ditegaskan pengamat politik Jamiluddin Ritonga, menyinggung substansi unjuk rasa mahasiswa, Selasa (12/4).
“Para penyusup itu bisa saja agenda dari pihak-pihak yang tidak menghendaki mahasiswa demo. Mereka mendesain tindak kekerasan untuk menciptakan keributan sehingga mengalihkan wartawan dari agenda utama mahasiswa melakukan demo,” ucap Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (12/4).
Mantan Dekan FIKOM IISIP itu menambahkan, desainer yang ingin mengalihkan isu demonstrasi mahasiswa tersebut berhasil menciptakan kerusuhan.
Untuk itu ia meminta agar masyarakat melihat demonstrasi mahasiswa kemarin dengan lebih proporsional dan tidak fokus hanya pada aksi kekerasan.
Khusus kepada media, Jamiludin berharap pemberitaan tidak menonjolkan aksi kekerasan. Tapi tetap konsisten kepada tuntutan mahasiswa.
“Hal itu perlu dilakukan media, karena mahasiswa selama ini cinta damai. Mahasiswa antikekerasan, sehingga tidak akan melakukannya (kekerasan) dalam aksi demo,” lanjutnya.
Dia menilai mahasiswa mengetahui demokrasi tidak menghendaki kekerasan. Karena itu, mahasiswa pastinya menjauhi segala bentuk kekerasan saat mereka memperjuangkan demokrasi.
“Jadi, kalau terjadi kekerasan saat mahasiswa demo, tampaknya hal itu dilakukan para penyusup. Para penyusup inilah kiranya yang perlu diangkat media agar mahasiswa tidak mendapat stigma penganut kekerasan,” tutupnya.