BANDA ACEH – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani, Sabtu (20/8/2022).
Kini sang rektor tersebut masih diperiksa di gedung Merah Putih KPK, Jakarta.
Namun menurut keterangan Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dikutip dari detikcom, bahwa penyidik juga menangkap pihak lainnya di wilayah Bandung. Penangkapan dilakukan pada dini hari tadi.
Dilihat di laman resmi Unila www.unila.ac.id, Karomani diketahui sedang berada di Lembang, Jawa Barat, sejak tanggal 17 Agustus 2022. Unila sedang melakukan kegiatan character building.
Diketahui, Profesor Karomani terpilih menjadi Rektor Universitas Lampung (Unila) periode 2019-2023, Kamis (17/10/2019).
Selain akademisi, Profesor Karomani juga dikenal sebagai aktivis Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan terakhir menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung.
Namun jika mendalami profilnya, Profesor Karomani ini ternyata merupakan tokoh akademisi asal Kabupaten Pandeglang, Banten.
Profesor Karomani lahir di Kecamatan Menes, Pandeglang. Ia hanya menyelesaikan pendidikan dasar dan hingga menengah di Pandeglang. Namun setelah dewasa, Profesor Karomani menempuh pendidikan di luar Pandeglang serta melanjutkan karirnya di luar daerah.
Dikutip dari Daftar Riwayat Hidup yang tercantum pada laman resmi Unila www.unila.ac.id, Guru Besar kelahiran 30 Desember 1961 ini menamatkan pendidikan S1 Jurusan bahasa dan sastra Indonesia di IKIP Bandung pada 1987, S2 Ilmu Sosial, S3 Ilmu Komunikasi diraih di Universitas Padjadjaran Bandung.
Di momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2020 lalu, Profesor Karomani sempat muncul di media massa dan menyampaikan kritik menohok kepada Pemkab Pandeglang, dan menilai kondisi Pandeglang hingga saat ini masih terpuruk.
Profesor Karomani menyatakan bahwa Pandeglang harus dipimpin oleh orang yang memiliki tauladan dan inovasi agar bisa memecahkan persoalan di berbagai bidang.
Profesor Karomani yang saat itu mengaku hampir 40 tahun meninggalkan Pandeglang, mengaku gelisah saat pulang ke kampung halamannya, sebab daerah yang dipimpin Irna Narulita Tanto Warsono Arban masih belum maju dari berbagai bidang.
Sebab persoalan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalan di kabupaten yang berada di Banten Selatan ini masih belum mengalami kemajuan yang signifikan. Jika tidak ada gebrakan dari seorang kepala daerah, maka diyakininya Pandeglang akan lama lagi mengalami keterpurukan.
“Saya 40 tahun meninggalkan Pandeglang mungkin ada kemajuan, tetapi tidak terlalu signifikan jika di bandingkan daerah-daerah lain yang saya kunjungi. Dari sisi pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalan Pandeglang masih jauh,” kata Karomani di Kecamatan Karang Tanjung, Jumat (14/8/2020), dikutip dari Suara.com
Selama 40 tahun pula pria yang akrab disapa Aom terus memantau perkembangan Pandeglang dan terus berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Banten. Sebab kata dia, putra daerah memiliki kepedulian yang sangat tinggi.
Aom menginginkan betul di Pandeglang ada gerakan sipil yang dapat membangkitkan masyarakat dari keterpurukan.
“Kami berbincang-bincang (tokoh-tokoh Banten) soal Pandeglang ke depan tentukan berharap betul ada gerakan yang betul-betul bisa membangkitkan keterpurukan masyarakat. Dimulai dari hal yang kecil, misalnya ada gerakan misalnya ada gerakan LSM yang bisa mengadvokasi pemberdayaan ekonomi mikro di sebuah desa sepanjang itu konkret,” ungkapnya.