Inilah yang terjadi pada kasus akun di KasKus bernama Fufufafa yang sudah tidak sekadar trending topic di dalam negeri saja, namun sudah menjadi pemberitaan resmi di media media mancanegara dan sebagian besar mereka pun sudah cerdas untuk berkesimpulan sama dengan netizen +62 yang juga sudah saya pastikan juga, bahwa akun Fufufafa tersebut sulit dilepaskan lagi terkait sangat erat dengan akun-akun yang sudah dipastikan kepemilikanya sebelumnya, yakni Chilli_Pari, Raka Gnarly, @rkgbrn, @kaesangp hingga @Jokowi.
Terakhir, bahkan sudah terungkap juga, meski oleh anonimus account, nomor ponsel yang selama ini dipakai oleh GR terbukti terhubung ke akun Fufufafa di KasKus tersebut dan bahkan sudah dilakukan pengujian oleh banyak netizen, termasuk media untuk membuktukan kesahihannya.
Kondisi tersebut saat ini meski sudah dilakukan upaya penghilangan barang bukti berupa upaya penghapusan sekitar 2100 postingan dari sekitar 5000-an postingan sebelumnya yang sebagian besar berisi ujaran kebencian, caci maki, celoteh bocah tidak bermoral alias kampungan dan cenderung porno, sampai-sampai ada seorang sekelas menteri yang seharusnya tupoksinya bukan soal itu, yakni Menkominfo Budi Arie Setiadi yang sudah “tidak malu pasang badan” dengan statement-statement konyolnya alias sangat tidak ilmiah atau omong doang allias OmDo sehingga tidak dipercaya oleh masyarakat. Sampai-sampai netizen +62 menggunakan istilah yang (maaf) agak vulgar yakni “Ada menteri yang ditugasin mencebokin keluarga”. Terwelu.
Ini artinya, saat ini sudah tidak perlu lagi pembuktian teknis lagi. Sebab, secara sah dan meyakinkan sudah “cetho welo welo” bahwa akun Fufufafa yang sangat viral karena ujaran kebenciannya, terutama kepada sosok presiden terpilih RI bapak Prabowo Subianto beserta keluarganya selain kepada pihak lain seperti pak SBY, mas Anies Baswedan, artis-artis ternama hingga partai, adalah benar sosok yang selama ini diungkap oleh para “Private Investigator” oleh netizen +62 yang “Maha Benar karena Cuitannya”.
Sangat sulit terbantahkan lagi secara ilmiah, kecuali ada pihak yang “dikorbankan” menjadi “kambing hitam” atau sekadar pembelaan secara tidak ilmiah atau kampungan belaka.
Kesimpulannya, pelantikan presiden dan pergantian rezim tunggal menghitung hari, ibarat ibu yang sedang mengandung sudah hampir mencapai usia di atas 8 bulan (sekalilagi ini bukan hanya sekadar boleh tidak naik pesawat). Artinya, sudah dalam kondisi hamil tua.
Dalam situasi ini apapun masih bisa terjadi. Misalnya, kelahiran premature akibat keguguran sang bayi karena kondisi tertentu yang dialami oleh sang ibu yang mana bisa saja membahayakan untuk bayi dan ibunya.
Seandainya Ibu Pertiwi ini adalah yang digambarkan Rosihan Anwar sebagai Tanah Air kita Indonesia, apakah bisa gara-gara ulah tidak terpuji si Fufufafa, kondisinya menjadi seperti deja vu pada tahun 1965 atau 1998 silam?
Tentu apapun yang terjadi, kita tetap berharap lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, selamatkan rakyat dan negara Indonesia, utamanya tidak terjadi apa apa jika harus membongkar siapa di balik Fufufafa.
(Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen)