Pilpres 2024” border=”0″ data-original-height=”899″ data-original-width=”1599″ height=”180″ loading=”lazy” src=”https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRP49mzawsoQrvcTZ86S7onxgDreY_h__A9EGM_TOys_jAXrOJqsCuQ-kq23QlGKIXWQxrDTloLID-SaLrokrNAsE4XFHNbBeSfgoJlr3f5xvh9tqUqIWTiU99_wyrHVgr6nCB_D4u4lDPKnCtJocVuxbkrTahidaxTZEuCmiJQ2D1IV6L2RukMUs47Qe9/w320-h180-rw/,ma09bmo.jpg” width=”320″/>BANDA ACEH – Pakar telematika Roy Suryo menuding Sistem Rekapitulasi Suara (Sirekap) milik KPU sengaja dimatikan sementara saat hari pencoblosan 14 Februari 2024, untuk diatur tampilan perolehan suara Pilpres 2024 seperti hasil hitung cepat atau quick count berbagai lembaga survei.Roy Suryo menilai bahwa Sirekap tidak mengalami serangan siber atau diretas saat itu.
“Sebenarnya bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan? Karena untuk memasukan skrip, untuk memasukan program colongan,” ujar Roy dalam konferensi pers bersama Koalisi Masyarakat Penyelamat Demokrasi Indonesia di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2024).
“Pada pukul 19 sekian, pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count, yaitu paslon 01 sebesar 24 persen, paslon 02 sebesar 58 persen dan paslon 03 sebesar 17 persen. Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ada buktinya,” tambah dia.
Roy menjelaskan, penghentian sementara sistem penghitungan tersebut membuat jumlah suara yang masuk ke Sirekap tidak berubah atau mentok di angka awal meskipun ada penambahan suara.
“Pada 14 Februari itu sengaja di-hold. Kemudian semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24 persen, 58 persen, 17 persen. Jadi mau kapanpun, angkanya segitu. Ini tidak masuk akal,” kata Roy.