BANDA ACEH – Skenario penundaan pemilu yang menuai gelombang protes tertuju pada satu sosok menteri Presiden Joko Widodo, yakni Luhut Binsar Pandjaitan.
Gelagat Menteri Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi itu dikenali persis oleh mantan Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli.
Pasalnya, Rizal memiliki pengalaman saat masih duduk di kursi kursi Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia di periode pertama Jokowi, bersama dengan Luhut yang waktu itu menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
“Saya tahu cara kerja Luhut Pandjaitan, selalu cari orang bermasalah untuk dibikin bagian dari operasi itu,” ujar Rizal dalam kanal Youtube Total Politik yang dikutip Sabtu (30/4).
Diceritakan lebih detail oleh mantan Kepala Bulog ini, modus operasi Luhut dalam menjalankan skenario politik terjadi dalam momen pergantian Ketua Umum Partai Golkar.
“Dia ngotot agar supaya Jokowi pilih (Setya) Novanto Ketua Umum Golkar,” ungkap Rizal.
“Akhirnya Bang Luhut ajakin saya makan siang. ‘Zal, lu bantuin dong, karena Jokowi pasti nanya sama lu nih kalau begini. Bantuin apa? Lu bantu dong lobi Jokowi supaya dukung Novanto jadi Ketum Golkar’. Gua bilang enggak mau,” sambungnya menegaskan.
Dari pengalaman itu, Rizal menjadi memahami cara berpikir Luhut dalam bergerak. Termasuk dalam operasi kudeta konstitusi mengenai perpanjangan masa jabatan presiden melalui penundaan pemilu.
Sebagaimana yang telah diketahui publik, awal skenario penundaan pemilu dimainkan oleh Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Sosok ini, menurut Rizal, hanya dijadikan pion oleh Luhut yang baru ikut menggaungkan isu yang sama belakangan.
“Operasi politik itu menggunakan orang-orang yang bermasalah secara hukum,” katanya.
Namun seiring muncul gelombang protes dari masyarakat di banyak kalangan, termasuk adanya aksi demonstrasi dari mahasiswa, Rizal justru melihat pion-pion politik Luhut tersebut mengungkap dalang dari skenario penundaan pemilu ialah Luhut.
“Karena tekanan publik yang luar biasa akhirnya pada ngaku bahwa yang nyuruh ini teman kita, Bang Luhut. Tapi Bang Luhut enggak berani, harusnya kan gentleman dong, katanya gagah berani? Ya ngakulah, memang aku kok otaknya, malah ngeles,” sesalnya.
“Saya pikir teman saya Bang Luhut orangnya gagah berani, ternyata ngeles juga, kaya politisi kaleng-kalengan” imbuhnya menegaskan.