BANDA ACEH – Loyalis Anies Baswedan Andi Sinulingga menyindir politisi PDIP Ruhut Sitompul atas komentarnya soal Anies Baswedan di agenda G20.
Seperti diketahui, Anies menjadi pembicara pada acara Bloomberg NEF Summit, salah satu side event G20. Ruhut menuding Anies mengisi sendiri formulir untuk menjadi pembicara pada kegiatan tersebut.
Menanggapi hal itu, Andi Sinulingga mengaku tak habis pikir dengan tudingan Ruhut yang menyebut Anies menawarkan diri sebagai narasumber.
Pernyataan tersebut disampaikan Andi Sinulingga dalam akun Twitter pribadinya, pada Kamis 17 November 2022.
“Dan dengan bangganya mereka mengatakan bahwa Anies gak diundang, Anies cuma ngisi formulir ajuin diri sendiri utk bicara. Dia kira forum itu kayak forum kelas udik diatas pohon kali,” ujar Andi Sinulingga.
“Giliran di godain dikit aja, langsung deh ngamuk, ngomong jorok. Padahal cuma di godain doang,” pungkasnya.
Dan dengan bangganya mereka mengatakan bahwa Anies gak diundang, Anies cuma ngisi formulir ajuin diri sendiri utk bicara. Dia kira forum itu kayak forum kelas udik diatas pohon kali. Giliran di godain dikit aja, langsung deh ngamuk, ngomong jorok. Padahal cuma di godain doang. https://t.co/LgWMDgk1V0
— Andi Sinulingga (@AndiSinulingga) November 16, 2022
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan diundang panitia untuk menjadi salah satu pembicara di acara G20 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Sabtu (12/11/2022).
Anies diminta panitia untuk menjadi salah satu narasumber terkait kepemimpinannya di Provinsi DKI Jakarta, khususnya terkait pengendalian emisi karbon.
“Sebuah kehormatan diundang sebagai pembicara dalam acara Bloomberg NEF Summit, salah satu side event di G20 dan B20, di Nusa Dua, Bali,” katanya melalui akun Twitter, @aniesbaswedan dikutip di Jakarta, Senin (14/11/2022). “Berbagi pengalaman tentang berbagai upaya yang telah dilakukan di Jakarta dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Anies melanjutkan.
Menurut Anies, Jakarta telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada 2020. Angka itu, diklaimnya, bahkan melampaui target penurunan 30 persen pada 2030. Dia menganggap, pencapaian luar biasa di Ibu Kota tersebut dimungkinkan berkat tiga prinsip yang selalu dipegangnya.
Pertama, selesaikan dari akar masalahnya: mengubah kota yang tadinya car oriented development menjadi transit oriented development. Kedua, kolaborasi adalah kunci: kami berkolaborasi dengan berbagai organisasi, pemangku kepentingan, dan mengajak warga kota terlibat juga.
Ketiga, evidence-based policy: pengambilan kebijakan harus selalu berdasarkan pada data dan ilmu pengetahuan. Anies tidak segan meminta masukan dari para ahlinya, termasuk belajar dari kota atau negara lain di dunia yang juga menghadapi masalah serupa.[]