BANDA ACEH -Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang sangat pesat tidak lantas menjadi solusi bagi kehidupan masyarakat dengan tingkat kemiskinan ekstrem.
Seperti dialami pasangan suami istri (pasutri) Sukiman (35) dan Siti Sopiah (32), warga Kampung Legoknangka, RT 02/RW 09, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Pasutri yang memiliki satu anak balita tersebut tinggal berimpitan dengan kandang domba, bahkan rumahnya hanya beralaskan tanah.
Padahal, Padalarang merupakan bagian kawasan perkotaan, sehingga banyak calon anggota legislatif (Caleg) yang menyasar kawasan tersebut dengan berbagai cara untuk meraup suara dan simpati warga. Tapi sayang, tidak sedikit Caleg tersebut ketika sudah terpilih melupakan janji dan bahkan membiarkan warga hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Tidak main-main, setidaknya ada 11 petahana di daerah pemilihan (Dapil) 1 (Saguling, Padalarang, Ngamprah) kembali berkontestasi menjadi Caleg DPRD KBB pada Pemilu 2024.
Di sisi lain, Sukiman tinggal di sebuah rumah panggung dengan ukuran yang sangat kecil, kurang lebih 2×2 meter saja, dengan lokasi tersembunyi dan dikelilingi semak belukar.
“Jadi lokasinya berada di ujung gang tapi tidak punya akses keluar-masuk seperti rumah-rumah lainnya,” ucap Kiman sapaan akrab Sukiman kepada Kantor Berita RMOLJabar, Jumat, (2/2).
Disampaikan Sukiman, rumah tersebut menjadi tempat tinggalnya setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
“Rumah kami ya begini kondisinya, dari bambu dan berimpitan dengan kandang domba,” ungkapnya.
Tak heran bau dari kandang domba tercium kuat di dalam ruangan yang pengap.
“Kalau sehari-hari saya bekerja serabutan sebagai buruh tani. Saya juga ikut memelihara domba milik orang lain itu karena jika sedang tak punya uang untuk beli beras atau biaya sekolah anak, saya bisa mendapat bagian domba untuk dijual,” tuturnya.
Tetangga sekaligus kerabat dekatnya, Acep, merasa prihatin dengan kondisi rumah Sukirman. Maka dari itu, pihaknya terus berupaya mengajukan kepada pemerintah Desa Cempakamekar agar rumah tidak layak huni (rutilahu) itu dapat direnovasi.
“Kondisi itu sejak hampir dua tahun ini, rumah itu milik pribadi karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, rumah itu punya sendiri warisan turun menurun berdampingan dengan kandang kambing yang dipelihara pasutri itu,” kata Acep.
Diterangkan Acep, Sukiman dan keluarga lebih memilih tinggal di situ karena tak punya pilihan, meskipun kondisinya sangat memprihatinkan. Sayang, baik wakil rakyat maupun pemerintah daerah seperti tutup mata atas kondisi warganya.
“Itu keinginan mereka tinggal di situ, engga ada pilihan lain, enggak enak dipandangnya, enggak pantas dihuni, kalau hujan suka bocor apalagi kalau ada angin besar,” jelasnya.
“Upaya sudah ditempuh oleh keluarga dan warga, dengan mengajukan ke pihak desa namun belum turun bantuannya, belum ada. Wakil rakyat juga hanya kampanye janji ini-itu tapi enggak ada bukti,” sindirnya.
Adapun petahana yang kembali maju sebagai calon anggota legislatif dalam Pemilu 2024 di antaranya:
1. Nevi Hendri (PKS)
2. Nur Djelaeha (PKS)
3. Pipih Supriati (Partai Gerindra)
4. Amung Ma’mur (Partai Gerindra)
5. Deni Setiawan (PDIP)
6. Sunarya Erawan (Partai Golkar)
7. K. Wahyu (PAN)
8. Koswara Suzaenal (Partai Demokrat)
9. Didin Rachmat (Partai NasDem)
10. Asep Sudrajat (PKB)
11. Edi Mirwan (Perindo)