Minggu, 17/11/2024 - 00:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Sejak Kapan Rendang `Beragama`, UAH: Sejak Batik Punya Kewarganegaraan

BANDA ACEH – Baru-baru ini, pernyataan Penceramah Kondang, Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang memberikan jawaban terkait pertanyaan `sejak kapan rendang punya agama?` Sehingga tidak boleh dibuat menggunakan olahan daging babi viral di jagat media sosial.

Dalam video yang viral tersebut, UAH dengan tegas mengatakan bahwa Rendang punya agama sejak batik, calung, dan angklung punya kewarganegaraan.

“Ada pertanyaan sejak kapan rendang itu punya agama, maka dijawab, apa jawabannya? Sejak batik, calung, angklung punya kewarganegaraan,” jawab UAH melalui channel youtube resminya Adi Hidayat Official dikutip Minggu 19 Juni 2022.

Dalam potongan video itu, penceramah muda itu mengilustrasikan ketika batik yang menjadi budaya Indonesia diklaim oleh negara lain tentu bangsa Indonesia tidak akan terima dengan hal tersebut.

“Kalau batik diklaim sama Malaysia mau tidak? tidak, orang Indonesia akan mengatakan batik itu budaya Indonesia, sudah melekat karena itu tidak ingin diklaim oleh negara-negara lain,” paparnya.

Dia menegaskan, bila memang tidak pantas untuk diklaim lantas sejak kapan batik memiliki kewarganegaraannya.

“Pertanyaannya sejak kapan batik punya kewarganegaraan? Kan sama saja, artinya itu adalah pertanyaan yang tidak berfaedah karena itu sudah menjadi budaya yang melekat,” jelasnya kembali.

Ustaz Adi Hidayat juga menambahkan kaidah ushul fiqh bahwa sebuah adat bila sudah melekat maka ia akan menjadi sebuah hukum.

“Dalam kaidah ushul fiqh dikatakan al adatu muhakkamah kalau sudah melekat, sudah baik dikenal dengan itu maka jadi hukum, kalau sudah jadi hukum maka dikenal oleh masyarakat, kalau berbeda dengan itu maka akan ada sesuatu yang nyeleneh menyimpang,” ujarnya.

Dia menambahkan, tentang falsafah minang yang erat kaitannya dengan syariat Islam.

“Rendang itu produk masyarakat minang, budaya di minang falsafahnya berbunyi adat bersanding syarah, syarah bersanding kitabullah karena itu setiap yang keluar dari minang lekat dengan syariat walaupun produk makanan,” tambahnya.

Kemudian UAH juga menyatakan bahwa pertanyaan soal agama pada makanan merupakan pertanyaan yang kurang kerjaan.

Dia juga menegaskan bahwa untuk tidak menganggap enteng masalah apapun terlebih sesuatu yang telah menjadi tradisi.

“Jadi jangan tanyakan tentang agamanya, kalau bertanya tentang agama pada makanan itu pertanyaan kurang kerjaan. Jadi jangan pernah mengecilkan apapun apalagi bila sudah menjadi tradisi,” paparnya.


Reaksi & Komentar

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖ قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ البقرة [246] Listen
Have you not considered the assembly of the Children of Israel after [the time of] Moses when they said to a prophet of theirs, "Send to us a king, and we will fight in the way of Allah "? He said, "Would you perhaps refrain from fighting if fighting was prescribed for you?" They said, "And why should we not fight in the cause of Allah when we have been driven out from our homes and from our children?" But when fighting was prescribed for them, they turned away, except for a few of them. And Allah is Knowing of the wrongdoers. Al-Baqarah ( The Cow ) [246] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi