Jumat, 15/11/2024 - 16:33 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Sejarah Pantai Pangandaran, Kondang Sejak Kolonial Belanda 1923

PANTAI Pangandaran merupakan salah satu wisata alam yang ada di Jawa Barat. Tempat wisata Pantai Pangandaran ini memiliki sejarah yang penting untuk diketahui. Informasi seputar sejarahnya bisa Anda ketahui secara lengkap pada pembahasan berikut.

Pahami Sejarah Pantai Pangandaran 

Dikutip dari harapanrakyat.com, sejarah Pantai Pangandaran bisa diketahui dari koran Belanda De Preanger Bode dengan tajuk Badhotel Pangandaran pada tanggal 30 Mei 1923. Tersebarnya koran tersebut mengundang banyak wisatawan untuk mendatangi Pantai Pangandaran.

Sebagai objek wisata yang sudah terkenal sejak zaman kolonial, Pantai Pangandaran memiliki daya tarik berupa perjalanan kereta apinya.

Sebagai perjalanan termegah di Jawa kala itu, wisatawan bisa melihat panorama alam yang memanjakan mata sepanjang rute kereta. Apalagi saat kereta melaju dengan rute Banjar-Parigi dan memasuki daerah Kalipucang.

Pengunjung juga pasti terkesima dengan keindahan alam saat transportasi tersebut melintasi jembatan Wihelmina dan terowongan.

Bukan hanya keindahan alam, pengunjung juga akan dikejutkan dengan kera ekor panjang yang kerap menghampiri kereta. Mengejutkannya lagi, kera tersebut bisa masuk ke dalam kereta karena tidak adanya jendela. Wisatawan waktu itu dihimbau untuk menjaga diri dan berhati-hati karena kera bisa sewaktu-waktu mengambil makanan lantas mengacak-acaknya.

Dari beragam daya tarik tersebut, wisatawan menyebut bahwa Pantai Pangandaran termasuk salah satu destinasi wisata edukatif bagi orang Belanda yang berlibur. Apalagi di Pangandaran ada goa yang bisa mengedukasi anak-anak untuk melakukan praktik penelitian secara langsung.

Sesampainya di Pantai Pangandaran, wisatawan pastinya juga akan dibuat kagum dengan ombak pantai yang melandai dan hawa udara sejuk. Hawa udaranya terasa menyegarkan sehingga membuat siapa saja betah berkunjung ke Pantai Pangandaran. Bahkan sejak tersebarnya koran tersebut, membuat Pantai Pangandaran selalu ramai pengunjung.

Pesanggrahan di Pantai Pangandaran

Orang Belanda tak perlu merasa bingung harus bermalam di mana saat mengunjungi Pantai Pangandaran karena sudah terdapat pesanggrahan. Pesanggrahan itu sendiri memiliki pengertian sebagai penginapan. Dengan adanya pesanggrahan, maka wisatawan bisa berkunjung sepuasnya di Pantai Pangandaran.

Biaya menginap di Pesanggrahan yang dibuat oleh pemerintah kolonial setempat tak mahal, bahkan saat itu dikenal dengan istilah wajar. Hal ini menunjukkan bahwa harga penginapan untuk bermalam di kawasan Pantai Pangandaran terbilang terjangkau.

Mengetahui bahwa penginapan yang dibuat oleh pemerintah kolonial setempat sangat bermanfaat bagi para wisatawan yang datang ke Pantai Pangandaran, tak sedikit pengusaha yang membeli bangunan bekas penginapan. Bangunan tersebut lantas didesain ulang dan meningkatkan kualitasnya agar lebih baik.

Adapun salah satu pengusaha tersebut yaitu dr. Syrier. Pengusaha ini bukan berasal dari Pangandaran, namun asal Tasikmalaya. Sejarah pantai Pangandaran ini tertuang jelas dalam koran Belanda tanggal 30 Mei 1923, Bataviaasch Nieuwsblad. Apabila Anda tertarik untuk menjadikan Pantai Pangandaran sebagai destinasi liburan dalam waktu dekat ini, pastikan tak melewatkan informasi menarik di atas.[]


Reaksi & Komentar

لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ البقرة [272] Listen
Not upon you, [O Muhammad], is [responsibility for] their guidance, but Allah guides whom He wills. And whatever good you [believers] spend is for yourselves, and you do not spend except seeking the countenance of Allah. And whatever you spend of good - it will be fully repaid to you, and you will not be wronged. Al-Baqarah ( The Cow ) [272] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi