Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengisyaratkan dengan cukup jelas hasratnya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta dalam pilkada tahun 2024. Memang ada juga yang mendorongnya untuk maju di pilkada provinsi Jawa Barat, tetapi dia merasa lebih tertantang untuk bertarung di DKI Jakarta.
Dalam wawancara eksklusif dengan The Interview di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 April 2022, Bima Arya memperlihatkan isyarat tak gentar kalau harus bertarung dengan nama-nama beken yang sering disebut akhir-akhir ini, misalnya Tri Rismaharini alias Risma (Menteri Sosial), Riza Patria (Wakil Gubernur DKI Jakarta), bahkan Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo).
Dia mula-mula bercerita ketika kali pertama mencalonkan diri sebagai wali kota Bogor pada pilkada tahun 2014. Kala itu, katanya, tak ada warga yang mengenal nama maupun profilnya, meski sebelumnya dia sering tampil di televisi sebagai pengamat politik.
“Saya [waktu itu] mungkin sering tampil di TV. Tapi warga, RT, RW, LPM, Karang Taruna, ibu-ibu PKK, enggak kenal saya. Survei saya kecil di awal,” katanya. “Tapi saya menghadapi incumbent waktu itu, dengan jaringan partai yang luar biasa kuat. Menang.”
“Artinya, buat saya, siapa pun sama-lah–sejauh ditentukan tiga [faktor] tadi,” dia menambahkan, merujuk pada tiga faktor utama keberhasilan dalam kompetisi politik, yakni hasil survei yang baik, momentum politik yang tepat, dan komunikasi politik yang mampu menggalang banyak dukungan.
Dia menegaskan, nama beken bukan merupakan jaminan untuk memenangi pertarungan politik. Karena itu, kala ditanya kesiapannya jika mesti berkompetisi dengan Risma, Riza Patria, Gibran, atau figur populer lainnya, Bima menekankan, “Jadi, buat saya, itu bukan isu yang utama; itu isu yang relatif”.
Sementara ini, katanya, dia masih berkonsentrasi menjalankan tugas sebagai wali kota dan menyelesaikan banyak pekerjaan. Pada saat yang sama, sembari menyongsong momen politik pilkada DKI Jakarta tahun 2024 yang hampir berbarengan dengan akhir masa jabatannya, dia mesti memastikan momentum politik tetap terjaga.
“Kedua, tetap membangun silaturahmi dengan semua: semua partai itu teman, semua pimpinan partai itu juga teman. Apa pun itu saya harus komunikasi yang baik dengan semua,” katanya.