BANDA ACEH -Negara Sri Lanka menyatakan diri bangkrut setelah krisis yang terjadi di negara tersebut akibat gagal membayar utang luar negeri.
Menanggapi hal tersebut, politikus sekaligus ekonom senior Rizal Ramli memberi analisa pemicu kebangkrutan di Sri Lanka.
Rizal mengatakan kondisi ekonomi negara tersebut biasa saja, hanya saja pemimpinnya terlalu berlebihan dan ugal-ugalan membangun proyek infrastruktur yang dibiayai oleh negara lain.
“Misalnya sebagai hadiah untuk Presidennya di kampungnya Rajapaksa, dibikinlah airport gede. Begitu selesai, nggak ada isinya.” jelas Rizal dalam tayangan Catatan Demokrasi tvOne, dikutip Rabu, 13 Juli 2022.
“Ya, jadi ambisi untuk loncat dengan cepat, dengan bangun infrastruktur dibiayai oleh China. Dan, akhirnya tidak mampu bayar, kolaps.” sambungnya.
Rizal juga menambahkan faktor lain yang menyebabkan hal kebankrutan tersebut adalah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme di Sri Lanka juga ugal-ugalan.
Untuk kemungkinan terjadi hal serupa di Indonesia, Rizal mengatakan bahwa perlu menganalisa lebih dalam mengenai kondisi ekonomi tanah air hari ini.
“Nah, untuk melihat kemungkinan di Indonesia, kecil atau besar, tentu kita harus analisa Indonesia ekonomi hari ini,” ujar Rizal.
Menurutnya, Indonesia beruntung karena memiliki memiliki komoditi seperti tambang, sawit dan sebagainya. Namun ia menyoroti pembangunan infrastruktur pemerintah yang terkesan ugal-ugalan.
“Tetapi, semangat ugal-ugalan di bidang infrastruktur yaitu sama saja. Asal ngebangun tanpa planning yang matang. Tanpa analisa terhadap kemampuan bayar sehingga banyak akhirnya akan jadi masalah,” pungkasnya.
Rizal juga menjelaskan bahwa Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara Amerika dan Jepang yang berhutang namun tetap aman.
“Kalau kita negatif. Konsekuensinya saja, kita untuk pokok harus membayar pokok Rp400 triliun tahun ini, untuk bunga Rp405 triliun, total Rp805 triliun,” jelas eks Menteri Koordinator bidang Ekonomi Keuangan dan Industri tersebut.
“Untuk bayar bunga saja (Indonesia) mesti pinjam. Itu bukan gali lubang tutup lubang tapi gali lubang tutup jurang,” lanjutnya.
Mengomentari penjelasan Bank Indonesia bahwa utang luar negeri Indonesia aman, Rizal mengatakan bahwa hal tersebut hanya definisi pemerintah. Dia juga mencontohkan kasus 1997 sebelum krisis ekonomi.