Soroti Krisis Kepemimpinan, Sejumlah Profesor Berkumpul di Yogyakarta

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH -Prihatin berbagai persoalan dalam negeri yang mengarah terhadap krisis kepemimpinan bangsa, sejumlah guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta berkumpul di University Club Cafe di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu lalu (27/8).

Profesor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Suwarsih Madya mengatakan, belasan profesor senior dan puluhan akademisi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta bersepakat untuk lebih keras lagi menyerukan pentingnya restorasi kepemimpinan Indonesia.

ADVERTISEMENTS

“Kami memiliki keprihatinan mendalam atas krisis kepemimpinan akhir-akhir ini, merujuk pada berbagai kasus hukum para pejabat publik, pelanggaran moral dan etika serta praktik koruptif para pemimpin di berbagai tingkatan. Kami mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang amanah, kompeten dan menjunjung tinggi integritas,” ujar Suwarsih dalam keterangannya, Minggu (4/9).

ADVERTISEMENTS

Para guru besar menilai, kekecewaan publik akibat perilaku dan kinerja pemimpin seharusnya tak perlu terjadi ketika masyarakat dan berbagai lembaga memiliki kriteria kepemimpinan yang tepat.

ADVERTISEMENTS

Karena, kata Suwarsih, kriteria kepemimpinan yang tepat dapat digunakan dalam mempersiapkan maupun memilih kandidat pemimpin. Kriteria kepemimpinan tingkat nasional yang tepat, di antaranya harus memiliki kecakapan dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum.

ADVERTISEMENTS

“Di samping itu, sebagai bangsa yang memiliki posisi strategis dalam percaturan geopolitik global, amat wajar juga jika kemampuan diplomasi internasional ditempatkan sebagai kompetensi bernilai tinggi,” kata Suwarsih.

ADVERTISEMENTS

Sepekan sebelumnya, para guru besar itu bertemu dengan sejumlah pimpinan partai politik di Jakarta, di antaranya Ketua Umum (Ketum) Partai Nasdem Surya Paloh, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu untuk menyampaikan aspirasi terkait kepemimpinan bangsa ke depan.

ADVERTISEMENTS

Sementara itu, Guru Besar UGM, Chairil Anwar mengatakan, gerakan para profesor tersebut merupakan salah satu ikhtiar kalangan akademisi untuk ikut membangun politik kebangsaan melalui sumbangan pemikiran dalam bidang kepemimpinan.

“Para founding fathers memperdebatkan gagasan pendirian negara serta penyatuan bangsa Indonesia secara ilmiah dan demokratis. Kita juga harus terbuka mendiskusikan persoalan kepemimpinan sebagai upaya untuk menumbuhkan ilmu yang berwatak bangsa,” kata Chairil.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Heru Kurnianto Tjahjono yang hadir dalam pertemuan juga turut menyoroti akutnya praktik politik transaksional saat ini, yang mengakibatkan sirkulasi kepemimpinan hanya menyentuh lingkaran kerabat elite politik serta kroni pengusaha.

Sehubungan dengan hal itu, Heru meminta kalangan akademisi berperan dalam merumuskan etika politik sebagai panduan praktis bagi politisi atau pemimpin.

“Dialog serta interaksi antara dunia politik dan dunia keilmuan merupakan suatu agenda bangsa yang strategis, mengingat parpol adalah lembaga yang melahirkan para pemimpin publik. Hanya saja, dunia akademik harus tetap berada dalam koridor teknokratik dan independen,” terang Heru.

Profesor dari UGM lainnya yakni Siti Chamamah Soeratno menyampaikan bahwa, kegelisahan terhadap arah perkembangan bangsa saat ini perlu dijawab dengan langkah-langkah prioritas yang berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan.

Siti menekankan pentingnya inisiatif dari organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol) untuk rajin menyerap aspirasi serta mencermati kenyataan di tengah kehidupan masyarakat. Apalagi kata Siti, penyelenggaraan Pemilu 2024 semakin dekat.

“Inisiatif semacam itu relevan untuk menyambungkan pusat-pusat pengambilan kebijakan yang keputusannya berdampak pada nasib ratusan juta rakyat dengan aspirasi sesungguhnya dari rakyat Indonesia,” pungkas Siti.

Exit mobile version