BANDA ACEH – Mantan presiden Donald Trump menghadapi 91 dakwaan kejahatan dalam empat tuntutan saat ia mencalonkan diri pada Pemilu 2024. Total ancaman hukuman penjara bagi Trump adalah tujuh abad. Akankah ia masuk penjara?
Donald Trump menghadapi empat dakwaan pidana di tiga yurisdiksi terpisah. Hampir 100 tuntutan pidana berat diajukan terhadap mantan presiden yang masih menjadi favorit untuk memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Republik pada 2024.
Ketika perjuangan hukumnya semakin rumit dari hari ke hari, sebuah pertanyaan serius muncul, apakah Trump akan memenangkan nominasi dan berkampanye untuk pemilihan umum sebagai terpidana kriminal. Kemungkinan itu, pada gilirannya, menimbulkan pertanyaan lain yang lebih sederhana: Akankah Presiden Amerika Serikat ke-45 itu masuk penjara?
John Bowden dalam laporannya di The Independent mengungkapkan, di antara 91 dakwaan kejahatan yang dilakukannya, Trump menghadapi hukuman penjara total sekitar tujuh abad, yang tersebar di antara puluhan dakwaan dengan tingkat keseriusan yang berbeda-beda. Tentu saja, Trump tidak akan dipenjarakan di penjara federal selamanya, namun semakin banyaknya tindakan yang dituntut terhadapnya perlahan-lahan menghilangkan kemungkinan bahwa ia akan menghindari sel selamanya.
“Publik melihat empat tuntutan yang dihadapi Trump saat ini, dan bagaimana masing-masing tuntutan tersebut memengaruhi peluangnya untuk berkampanye di balik jeruji besi tahun depan,” katanya.
1. Kasus New York Ancaman Maksimal 136 tahun
Dakwaan pertama yang dijatuhkan terhadap mantan presiden tersebut berkaitan dengan tindakan terberat yang dilakukan di masa lalu. Donald Trump dituduh melakukan 34 dakwaan memalsukan catatan bisnis tingkat pertama, sebuah kejahatan berdasarkan hukum negara bagian New York. Setiap dakwaan membawa hukuman maksimal empat tahun penjara.
Namun, hukuman tersebut hanya diberikan jika ada keadaan yang meringankan, seperti hukuman kejahatan sebelumnya atau berdasarkan pada keseriusan kejahatan tersebut. Tuduhan Trump sebagian besar tidak mengandung korban, dan oleh karena itu hakim kemungkinan besar tidak akan menjatuhkan hukuman apa pun kepadanya selain denda atau, paling banter, masa percobaan dan pelayanan masyarakat jika ia dinyatakan bersalah oleh juri. Sidang kasus ini dijadwalkan pada 25 Maret.
2. Dokumen Kasus Ancaman Maksimal 450 tahun
Setelah menjadi sorotan publik tahun lalu dengan penggerebekan FBI di Mar-a-Lago, tuduhan yang dijabarkan dalam dakwaan ini telah membuat Trump mendapat kritik serius dari mantan deputinya, seperti Jaksa Agung Bill Barr. Presiden dituduh salah menangani informasi rahasia dengan cara yang sangat buruk, termasuk dalam satu kasus yang diduga menunjukkan materi rahasia kepada tamu di resor Bedminster miliknya.
Dia juga dituduh menghalangi keadilan dan membuat pernyataan palsu. Mantan presiden ini menghadapi hukuman maksimal 10 tahun penjara untuk setiap dakwaan karena sengaja menyimpan rahasia dan 20 tahun untuk setiap dakwaan menghalangi keadilan.
Meskipun hukuman maksimum yang terakhir ini lebih tinggi, namun hukuman inilah yang benar-benar harus dikhawatirkan oleh Trump. Keyakinan atas penyimpanan informasi rahasia yang disengaja dan/atau ceroboh sering kali mengakibatkan hukuman penjara beberapa tahun atau lebih. Trump menghadapi lebih dari 30 dakwaan. Sidang kasus ini dijadwalkan pada 20 Mei.
3. Kasus Pemilu Federal Ancaman Maksimal 55 tahun
Dakwaan terbaru Departemen Kehakiman adalah mendakwa Trump melakukan kejahatan terkait dengan pemilu tahun 2020 dan upaya timnya selama berbulan-bulan untuk mengubah hasil pemilu.
Ada dua bagian mendasar dari kasus ini yang harus menjadi perhatian Trump. Kemungkinan bahwa ia akan dihukum karena melakukan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat dan berkonspirasi melawan hak warga Amerika untuk memilih dalam pemilu yang bebas. Juga kemungkinan bahwa ia akan dihukum karena secara langsung mencoba memblokir sertifikasi pemilu dengan memanggil massa untuk menyerang gedung DPR.
Yang pertama hampir pasti tidak akan menjadi tantangan berat bagi jaksa, mengingat banyaknya bukti upaya manipulasi pemilu kampanye Trump yang kini dipublikasikan. Pertarungan sesungguhnya dalam hal ini adalah jaksa harus membuktikan bahwa upaya tim Trump melampaui upaya hukum terhadap hasil pemilu.