AS memang menyatakan akan mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan darurat ke Gaza, namun dengan cara menerjunkannya lewat udara.
Hal ini disampaikan Presiden AS, Joe Biden, mengatakan pengiriman bantuan udara ke Gaza akan segera dimulai.
AS akan meniru cara Yordania yang sudah mulai duluan berinisiatif memberi bantuan lewat udara karena sulitnya jalur darat karena pembatasan oleh militer Israel.
“Dalam beberapa hari mendatang kami akan bergabung dengan teman-teman kami di Yordania dan pihak lain yang memberikan makanan dan pasokan tambahan melalui udara, dan akan berusaha membuka jalan lain, termasuk kemungkinan koridor laut,” ungkap Joe Biden, dilansir AP News.
Dua Muka Amerika
Insiden pada hari Kamis tersebut tampaknya memang mengubah persepsi dan mendorong Joe Biden untuk menyetujui pengiriman bantuan ke Gaza.
Tapi mengirimnya melalui udara karena Israel terus membatasi akses pasokan kemanusiaan penting melalui jalur darat menjadi wujud nyata dua muka alias hipokrasi AS.
Sejumlah pihak menilai, meski sangat berarti, pengiriman bantuan lewat udara ini sangat tidak efektif karena hanya setara dengan satu-dua truk, sedangkan jumlah warga kelaparan mencapai jutaan orang.
AS dinilai seharusnya mengupayakan bantuan darat secara intensif, termasuk menghukum Israel jika mereka menghalangi atau bahkan membantai warga yang berdatangan.
Cara Yordania mengirimkan bantuan kemanusiaan lewat udara bisa dipahami karena negara tersebut enggan memperburuk konflik dengan risiko personel ataupun kendaraan pengangkut bantuan mereka ditembaki tentara Israel.
Tapi hal ini tidak berlaku bagi AS yang memang berststus sekutu dan supplier kebutuhan perang Israel.
Alih-alih memberikan bantuan teratas lewat udara, AS sejatinya punya akses tak terbatas di jalur darat -baik secara langsung maupun menggunakan pihak ketiga- dalam pengiriman bantuan jika ancaman risikonya cuma datang dari aksi agresif tentara IDF di lapangan.
Pun begitu, Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, beralasan kalau pengiriman bantuan butuh perencanaan yang matang.
Dia mengatakan pengiriman bantuan lewat jalur darat akan terus digunakan untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, dan pengiriman bantuan melalui udara merupakan upaya tambahan.
“Ini bukanlah hal yang ingin Anda lakukan dalam sekejap. Anda ingin memikirkannya baik-baik,” kata Kirby.
“Ada beberapa operasi militer yang lebih rumit daripada bantuan kemanusiaan yang diberikan melalui udara,” sambungnya.
Sebelumnya, Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon telah mempertimbangkan manfaat dari bantuan militer AS selama beberapa bulan.
Namun, AS menundanya karena kekhawatiran bahwa metode tersebut tidak efisien, tidak memiliki cara untuk memastikan bantuan tersebut sampai ke warga sipil yang membutuhkan, dan tidak dapat memberikan bantuan yang diperlukan.
Para pejabat pemerintah mengatakan preferensi mereka adalah untuk lebih meningkatkan pengiriman bantuan melalui darat melalui titik perbatasan Rafah dan Kerem Shalom, serta mencoba membuat Israel membuka Erez Crossing ke Gaza utara.