BANDA ACEH -Acara Ijtima Ulama yang digelar di Komplek Majelis Az-Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor, pada hari ini, Sabtu (18/11), mendapat sorotan tajam. Pasalnya, acara ini hanya mengundang pasangan calon presiden-wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Sementara pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD kabarnya tidak diundang atas permintaan anggota Persaudaraan Alumni (PA) 212 dan Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama.
“(Acara) Persaudaraan Alumni 212 bersama Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama mengundang salah satu pasangan capres ini sangat tidak patut. Bahkan Persaudaraan Alumni 212 bersama Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama sama sekali tidak relevan dalam mengatasnamakan umat Islam,” kritik Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Jaringan Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (JAPTI), A. Pandu Wijonarko, melalui keterangannya, Sabtu (18/11).
“Terlebih lagi, pengatasnamaan tersebut hanya untuk kepentingan Politik praktis dukung mendukung calon presiden tertentu. Bukan dalam konteks menjaga nilai-nilai luhur agama dalam semangat persatuan bangsa,” imbuhnya.
Menurut Pandu, PA 212 dan GNPF Ulama sama sekali tidak menggambarkan umat Islam Indonesia secara keseluruhan. Apalagi dengan menggunakan diksi “ijtima ulama” yang dalam terminologi Islam sangat sakral.
“Kami khawatir hal ini hanyalah upaya untuk menggunakan nama agama dan umat sebagai alat politik semata. Masyarakat kita memiliki trauma besar terhadap politisasi agama dalam pentas politik. Sehingga kami sampaikan bahwa agenda Persaudaraan Alumni 212 bersama Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama ini sama sekali tidak relevan dalam upaya kita menciptakan pemilu yang damai dan harmoni,” paparnya.
Ditegaskan Pandu, agama dan nilai-nilai yang menyertai tidak sepatutnya dijadikan alat untuk kepentingan politik segelintir pihak. Apalagi bila menjurus pada politik identitas, yang bisa menjadi bara dalam sekam bagi keutuhan bangsa dan negara.
“JAPTI Indonesia khawatir apabila nilai atau norma agama yang mulia dan luhur ini justru dijadikan alat legitimasi konflik antarumat beragama, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, dan lain sebagainya, yang justru menjauhkan dari nilai yang hakiki dari agama dan kontraproduktif dalam membangun persatuan bangsa,” demikian Pandu Wijonarko.
Pantauan Kantor Berita Politik RMOL, pasangan Anies-Muhaimin atau yang dikenal dengan sebutan Amin telah tiba di lokasi acara.
Anies tiba lebih dahulu sekitar pukul 08.20 WIB, sementara cawapresnya yang kerap disapa Cak Imin tiba sekitar pukul 09.00 WIB.